Tranexamic acid adalah obat antifibrinolitik yang bekerja melalui mekanisme: menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan plasmin. Aktivitas hemostatis tranexamic acid bekerja mencegah degradasi fibrin, pemecahan platelet, kerapuhan vaskular, dan pemecahan faktor koagulasi. Efek ini dibuktikan secara klinis dengan berkurangnya jumlah perdarahan, mengurangi waktu perdarahan dan periode perdarahan.1
Di Indonesia, tranexamic acid diindikasikan untuk:1
· Untuk fibrinolisis lokal seperti epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks.
· Edema angioneurotik hereditas.
· Perdarahan abnormal sesudah operasi secara umum.
· Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita haemofilia.
Tranexamic acid dapat diberikan secara oral maupun injeksi, dengan dosis sebagai berikut:
- Oral untuk dewasa: Sehari 3-4 kali, 1-2 kapsul
- Injeksi untuk dewasa: 250–500 mg disuntikkan secara intravena atau intramuskular, dibagi dalam 1-2 dosis.1
Meskipun tranexamic acid adalah obat yang efektif untuk menghentikan pendarahan dan banyak digunakan secara rutin secara pre-operasi, telah dilaporkan beberapa kejadian hipersensitivitas pada penggunaan tranexamic acid. Beberapa gejala hipersensitivitas tranexamic acid yang dilaporkan, dapat berkisar dari gejala yang ringan seperti ruam kulit, gatal dan/atau urtikaria, hingga gejala yang berat termasuk mengi (wheezing), hipotensi, dan syok.2
Uniknya, pada pasien dengan riwayat alergi obat, pemeriksaan skin test tranexamic acid dapat memberikan hasil yang positif. Pada sebuah laporan kasus tahun 2010, dilaporkan sebuah kasus pada pasien wanita talasemia beta berusia 58 tahun dengan riwayat alergi kontak terhadap balsam Peru dan terhadap beberapa obat (diclofenac, diazepam, cefprozil). Pada pasien ini dilakukan skin test (Skin Prick Test dengan obat yang tidak diencerkan dan uji skin intradermal dengan pengenceran 1:100, 1:10, dan 1:1) dengan tranexamic acid. Kemudian didapatkan hasil positif akibat (bercak gatal yang luas disertai reaksi pseudopoda) pada pemberian tranexamic acid skin intradermal pengenceran 1:1 (pembacaan tes dilakukan 20 menit setelah injeksi). Hasil yang sama juga terlihat ketika pemberian tranexamic acid pada pengenceran yang sama diulang 2 jam kemudian.3
Bagaimana prosedur Skin Test untuk pasien dengan riwayat alergi obat?
Menurut sebuah publikasi tahun 2017, diusulkan beberapa langkah Skin Test tranexamic acid, sebagai berikut:4
* SPT: Skin Prick Test, IDT: Intra-Dermal Test, TXA: Tranexamic Acid
Kapan sebaiknya Skin Test dilakukan?
Menurut sebuah publikasi tahun 2002, Skin Test dapat dilakukan pada pasien dengan riwayat reaksi hipersensitivitas terhadap obat, sebagai berikut:5
Kesimpulan:
1. Tranexamic acid adalah obat golongan anti-fibrinolitik (untuk menghentikan pendarahan) yang berisiko dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas obat.
2. Untuk memitigasi risiko reaksi hipersensitivitas tranexamic acid, telah dilaporkan prosedur Skin Test yang memberikan hasil positif pada pasien yang telah memiliki riwayat alergi obat.
3. Penting sekali untuk dilakukan penelusuran riwayat medis pasien apakah pasien memiiki riwayat alergi obat, sebelum menggunakan tranexamic acid.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
1. Asam traneksamat [Package Insert]. Jakarta, Indonesia: PT Hexpharm Jaya Laboratories; 2011.
2. Murdaca G, Greco M, Vassallo C, Gangemi S. Tranexamic acid adverse reactions: a brief summary for internists and emergency doctors. Clin Mol Allergy 2020;18:16.
3. Imbesi S, Nettis E, Minciullo PL, Di Leo E, Saija A, Vacca A, et al. Hypersensitivity to tranexamic acid: A wide spectrum of adverse reactions. Pharm World Sci. 2010;32(4):416-9.
4. Li PH, Trigg C, Rutkowski R, Rutkowski K. Anaphylaxis to tranexamic acid-a rare reaction to a common drug. J Allergy Clin Immunol Pract. 2017;5(3):839-41.
5. Brockow K, Romano A, Blanca M, Ring J, Pichler W, Demoly P. General considerations for skin test procedures in the diagnosis of drug hypersensitivity. Allergy. 2002;57(1):45-51.