Diabetic kidney disease (DKD) adalah salah satu komplikasi diabetes yang umum terjadi dan menjadi penyebab utama end-stage kidney disease. Mekanisme DKD ditandai oleh kadar glukosa abnormal, metabolisme lipid abnormal, perubahan hemodinamik renal, stres oksidatif, dan respons imun inflamasi. Penggunaan probiotik pada DKD diharapkan dapat membantu mempertahankan fungsi sawar epitel intestinal, sehingga dapat memperbaiki regulasi respon sistem imun dan memperbaiki metabolisme.
Studi melaporkan sebanyak 20%-40% pasien diabetes mengalami DKD dengan prevalensi global DKD mencapai 15,48% pada pria dan 16,50% pada wanita. Studi meta-analisis oleh Dai, dkk. (2022) mengevaluasi durasi dan dosis probiotik terhadap beberapa biomarker pada pasien dengan DKD. Studi yang dilibatkan adalah 10 studi RCT dengan total 280 subjek intervensi dan 272 subjek kontrol.
Manfaat Probiotik pada Fungsi Renal
1. Kadar kreatinin serum (Scr)
Scr menurun signifikan pada pasien yang diberikan probiotik (p=0,004). Penurunan Scr masih signifikan (p<0,0001) setelah penyesuaian heterogenitas. Intervensi probiotik >8 minggu (p=0,04) dan dosis ≤4 x 109 CFU/hari (p=0,0003) lebih baik dalam menurunkan Scr dibanding hasil penurunan Scr secara umum.
2. Blood urea nitrogen (BUN)
Probiotik memperbaiki kadar BUN signifikan (p=0,001) tanpa heterogenitas. Penggunaan probiotik multispesies (p=0,001) dan dosis probiotik >4 x 109 CFU/hari (p=0,005) memperbaiki BUN lebih baik dibanding keseluruhan.
3. Glomerular filtration rate (GFR)
Tidak ditemukan manfaat signifikan probiotik memperbaiki GFR.
4. 24-hour urine protein (24h-UP)
Probiotik tidak terbukti menurunkan kadar 24h-UP secara signifikan.
5. Rasio albumin/kreatinin urin (UACR)
Terdapat penurunan signifikan UACR dengan pemberian probiotik (p=0,004).
6. Cystatin C (Cys-C)
Cys-C membaik signifikan dengan intervensi probiotik (p<0,00001) tanpa heterogenitas.
7. Potasium (K)
Tidak ditemukan perubahan kadar K dengan pemberian probiotik.
8. Natrium (Na)
Data menunjukkan adanya penurunan signifikan kadar Na dengan pemberian probiotik (p=0,04).
Manfaat Probiotik pada Metabolisme Glukosa
1. Gula Darah Puasa (GDP)
Penurunan GDP signifikan lebih baik pada kelompok probiotik dibanding kontrol (p<0,0001). Penggunaan probiotik multispesies (p<0,0001) dan dosis >4 x 109 CFU (p=0,0001) lebih baik signifikan dalam menurunkan GDP.
2. Gula Darah 2 jam Post-prandial (GD2PP)
Tidak ditemukan perbedaan signifikan perubahan kadar GD2PP antara kelompok probiotik dan kontrol.
3. Insulin
Penurunan kadar insulin signifikan lebih baik pada pemberian probiotik (p=0,04) dibanding kontrol. Namun, setelah penyesuaian heterogenitas, hubungan penurunan tersebut menjadi tidak signifikan.
4. Hemoglobin A1c (HbA1c)
Terdapat penurunan HbA1c signifikan lebih baik dengan pemberian probiotik dibanding kontrol (p=0,002). Dosis probiotik ≤4 x 109 CFU/hari lebih baik (p=0,03).
5. Homeostasis model of assessment-estimated insulin resistance (HOMA-IR)
Tidak terdapat perbedaan signifikan HOMA-IR dengan pemberian probiotik. Namun, setelah penyesuaian heterogenitas, penurunan HOMA-IR signifikan lebih baik dengan pemberian probiotik (p=0,004). Penggunaan probiotik multispesies dan dosis >4 x 109 CFU/hari (p=0,004) disebutkan paling baik.
6. Quantitative insulin sensitivity check index (QUICKI)
Perbaikan QUICKI lebih baik signifikan dengan pemberian probiotik (p=0,01).
Manfaat Probiotik pada Metabolisme Lipid
1. Trigliserida (TG)
Pemberian pribiotik tidak terbukti menurunkan TG lebih baik dibanding kontrol. Pemberian probiotik selama ≤8 minggu (p=0,002), dosis
≤4 x 109 CFU/hari (p=0,01), dan pemberian single-strain (p=0,01) menunjukkan perbaikan signifikan.
2. Kolesterol Total (TC)
Penurunan TC lebih baik signifikan dengan pemberian probiotik (p=0,004) dengan durasi ≤8 minggu (p=0,03), dosis ≤4 x 109 CFU/hari (p=0,008), dan probiotik single-strain (p=0,008) memberikan hasil lebih baik dibanding hasil keseluruhan penurunan TC.
3. Low-density lipoprotein cholesterol (LDL-c)
Terdapat penurunan LDL-c yang sangat jelas dengan pemberian probiotik (p=0,0003). Penurunan LDL-c ditemukan lebih baik dengan durasi pemberian >8 minggu (p=0,02), dosis ≤4 x 109 CFU/hari (p=0,0007), dan probiotik single-strain (p=0,002).
4. Very low-density lipoprotein cholesterol (VLDL-c)
Pemberian probiotik tidak terbukti menurunkan VLDL-c lebih baik dibanding kontril (p=0,26).
5. High-density lipoprotein cholesterol (HDL-c)
Pemberian probiotik terbukti memperbaiki kadar HDL-c lebih baik dibanding kontrol (p=0,02). Pemberian multispesies (p=0,009) dan durasi >8 minggu (p=0,01) menunjukkan perbaikan lebih baik dibanding perbaikan keseluruhan.
Manfaat Probiotik pada Inflamasi dan Stres Oksidatif
1. High-sensitivity C-reactive protein (hs-CRP)
Penurunan hs-CRP pada pasien DKD lebih baik signifikan dengan pemberian probiotik (p<0,00001). Probiotik multispesies menunjukkan hasil penurunan yang paling baik (p<0,0001).
2. Malondialdehyde (MDA)
Terdapat penurunan kadar MDA signifikan dengan pemberian probiotik (p=0,01). Penurunan paling baik ditemukan pada durasi intervensi >8 minggu (p<0,00001), dosis >4 x 109 CFU/hari (p=0,001), dan probiotik multispesies (p<0,00001).
3. Kapasitas Antioksidan Total (TAC)
TAC membaik signifikan dengan pemberian probiotik (p<0,00001), terutama dengan durasi intervensi >8 minggu (p<0,00001) dan probiotik multispesies (p<0,00001).
4. Glutathione (GSH)
Kadar GSH lebih baik pada kelompok probiotik (p=0,003) dibanding kontrol.
5. Nitric Oxide (NO)
Tidak terdapat perbedaan signifikan kadar NO antara kelompok probiotik dan kontrol, namun penggunaan probiotik multispesies signifikan memperbaiki NO (p=0,04).
Kesimpulan:
Probiotik bermanfaat untuk pasien DKD, antara lain memperbaiki fungsi renal (Scr, BUN, Cys-c, UACR, Na), homeostasis glukosa (GDP, HbA1c, HOMA-IR, QUICKI), metabolisme lipid (TG, TC, LDL-c), serta inflamasi dan stres oksidatif (hs-CRP, MDA, TAC, GSH, NO).
Gambar: Ilustrasi (Sumber: jcomp-Freepik)
Referensi:
Dai Y, Quan J, Xiong L, Luo Y, Yi B. Probiotics improve renal function, glucose, lipids, inflammation and oxidative stress in diabetic kidney disease: A systematic review and meta-analysis. Renal Failure. 2022;44(1):862–80. DOI: 10.1080/0886022X.2022.2079522