
Gangguan kecemasan umum merupakan kondisi kesehatan mental dengan prevalensi seumur hidup berkisar 8%-13%. Setelah pandemik COVID-19, prevalensi gangguan kecemasan meningkat menjadi 25,6%. Walaupun prevalensinya tinggi, gangguan kecemasan umum sering underdiagnosed, sehingga menimbulkan konsekuensi negatif di antaranya menurunnya produktivitas kerja, kualitas hidup, dan meningkatnya risiko komorbiditas gangguan kesehatan mental lain seperti gangguan depresi mayor atau gangguan borderline personality.
Penggunaan benzodiazepine yang diresepkan secara luas dan rutin walaupun tidak semuanya sesuai untuk gangguan kecemasan umum, memiliki risiko gangguan kognitif, toleransi dan ketergantungan, serta meningkatkan risiko jatuh pada lanjut usia. SNRI/serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor (seperti paroxetine dan escitalopram) dan SSRI/selective serotonin reuptake inhibitor (seperti venlafaxine dan duloxetine) digunakan sebagai terapi lini pertama karena efikasi dan profil efek samping favorable. Selain itu, pregabalin digunakan juga karena diduga memiliki mekanisme kerja anti-konvulsan, analgesik, dan ansiolitik. Pada gangguan kecemasan umum, pregabalin memodulasi pelepasan neurotransmiter dan menurunkan aktivitas neuron berlebihan yang dikaitkan dengan ansietas.
Suatu meta-analisis dilakukan untuk mengetahui efikasi, keamanan, dan dosis pregabalin yang optimal untuk terapi gangguan kecemasan umum. Pencarian sistematik dilakukan melalui sumber PubMed, EMBASE, SCOPUS, dan the Cochrane Library. Pasien pada kelompok intervensi diberikan pregabalin sedangkan kelompok pembanding mendapat benzodiazepine, SSRI, SNRI, atau plasebo. Outcome yang diukur adalah the Hamilton anxiety rating scale (HAM-A), clinical global impression improvement scale (CGI-I), penghentian terapi, biaya, dan quality-adjusted life-years (QALYs).
Hasil dari meta-analisis ini adalah: (n= 4822, 14 studi RCT)
- Pregabalin menunjukkan efikasi superior dalam menurunkan skor HAM-A global pada 2 minggu, 4 minggu, 8 minggu, 12 minggu, dan 6 bulan sampai 1 tahun. Pregabalin juga menunjukkan response rate lebih tinggi terhadap HAM-A.
- Skor CGI-I lebih baik dengan pregabalin dengan response rate lebih tinggi.
- Terkait dengan HAM-A global, pregabalin superior dibandingkan plasebo dan benzodiazepine pada dosis tinggi, dan dibandingkan plasebo pada dosis rendah. Terkait dengan CGI-I, pregabalin superior dibandingkan plasebo pada dosis tinggi, tetapi tidak terdapat perbedaan dengan benzodiazepine atau SSRI/SNRI.
- Penghentian terapi lebih rendah dengan pregabalin.
- Dalam hal efek samping, favor pregabalin dibandingkan SSRI/SNRI dan benzodiazepine pada dosis yang berbeda. Dosis tinggi pregabalin (>300 mg) menunjukkan mual, penglihatan kabur, astenia, insomnia, dan ataksia yang lebih rendah dibandingkan SSRI/SNRI. Dosis tinggi pregabalin menunjukkan somnolens, penglihatan kabur, dan astenia yang lebih rendah dibandingkan benzodiazepine. Dosis rendah pregabalin (<300 mg) menunjukkan somnolens, astenia, dan kebingungan yang lebih rendah dibandingkan benzodiazepine.
- Pregabalin dikaitkan dengan cost-effectiveness lebih tinggi, yang dievaluasi dengan QALYs.
Kesimpulan:
Dari meta-analisis ini didapatkan bahwa pregabalin merupakan terapi yang efektif dan dapat ditoleransi oleh pasien untuk gangguan kecemasan umum, hal ini menunjukkan efikasi dan keamanan superior dibandingkan terapi lini pertama.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
Cardoner N, Gutierrez-Rojas L, Saiz P, Lahera G, Alvarez-Mon MA, Ortega PA, et al. Does pregabalin offer potential as a first-line therapy for generalized anxiety disorder? A meta-analysis of efficacy, safety, and cost-effectiveness. Front Pharmacol. 2025;16:1483770. DOI: 10.3389/fphar.2025.1483770.