Asam askorbat, yang juga lebih dikenal sebagai vitamin C, adalah nutrien larut air yang telah mendapatkan perhatian dalam bidang performa olahraga ataupun perawatan kesehatan karena sifat antioksidan dan antiinflamasi yang kuat. Telah terbukti bahwa asam askorbat sangat penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh, berperan penting dalam fungsi sistem imun, sintesis kolagen, dan penyerapan zat besi. Semua hal tersebut membuktikan pengaruh multifungsi vitamin C terhadap kesehatan manusia secara keseluruhan.
Banyak penelitian juga membuktikan bahwa asam askorbat memiliki berbagai sifat anti-inflamasi. Asam askorbat memengaruhi jalur pensinyalan inflamasi di dalam sel, karena secara jelas menurunkan ekspresi mediator pro-inflamasi sehingga mengurangi respons peradangan. Salah satu jalur pensinyalan pro-inflamasi utama yang dipengaruhi oleh asam askorbat dan berkaitan dengan sifat antioksidannya, termasuk pengurangan produksi reactive oxygen species (ROS), adalah jalur NFκβ/TNF-α. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa asam askorbat dapat menghambat pelepasan protein IL-6 dari otot rangka yang aktif dan secara signifikan menurunkan kadar IL-6 serta TNF-α. Sebaliknya, asam askorbat juga dapat meningkatkan pelepasan sitokin anti-inflamasi, sehingga meningkatkan kadar IL-4 dan IL-10. Efek asam askorbat terhadap regulasi status anti-inflamasi terjadi melalui berbagai jalur, dan dalam beberapa kasus masih belum sepenuhnya jelas.
Asam Askorbat dan Peradangan serta Kerusakan Otot Pasca-Latihan
Produksi ROS yang tidak terkontrol dan peningkatan stres oksidatif telah digambarkan sebagai salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap latihan intensif dan berkepanjangan. Oleh karena itu, sejumlah besar antioksidan digunakan selama dan sebelum periode kompetisi untuk mengurangi kerusakan otot dan inflamasi yang diinduksi oleh latihan/exercises. Suplementasi asam askorbat dapat mengurangi respons inflamasi yang diinduksi pasca-latihan, dengan menurunkan konsentrasi IL-6 pasca-latihan. Selain itu, dengan memengaruhi aktivitas molekul antioksidan lain (misalnya α-tokoferol), vitamin C bersama-sama dengan molekul tersebut dapat menurunkan peroksidasi lipid.
Asam askorbat, dengan mengurangi pembentukan sitokin pro-inflamasi dan meningkatkan regenerasi antioksidan lain, berkontribusi terhadap berkurangnya inflamasi post-exercises. Dosis efektif suplemen vitamin C secara jelas menunjukkan bahwa perlindungan yang lebih besar terhadap kerusakan selama latihan berhubungan langsung dengan dosis yang lebih tinggi.
Berbagai penelitian dari tahun 2002 hingga 2023 telah menilai efek suplementasi vitamin C terhadap performa fisik, stres oksidatif, dan inflamasi. Dosis yang digunakan dalam penelitian-penelitian ini sangat bervariasi, mulai dari 200 mg per hari hingga dosis tinggi mencapai 3.000 mg per hari, dengan durasi pemberian mulai dari 3 hari hingga 8 minggu, bahkan ada yang dikombinasikan dengan vitamin E.
- Dosis rendah hingga sedang (200–500 mg/hari): Diteliti oleh Thompson, et al., (2003), Nieman, et al., (2002), Evans, et al., (2017), dan Khassaf, et al., (2003). Hasilnya menunjukkan tidak ada perbaikan berarti pada performa fisik, meskipun ada penurunan stres oksidatif pada beberapa parameter.
- Dosis menengah (500–1.000 mg/hari): Dilaporkan oleh Braakhuis (2012), Johnston, et al., (2014), Paschalis, et al., (2016), Martínez-Ferrán, et al., (2022), dan Boontho Ngkaew, et al., (2021). Efek yang terlihat adalah penurunan biomarker stres oksidatif, peningkatan nitric oxide, serta sedikit peningkatan aktivitas fisik hanya pada individu dengan kadar vitamin C rendah.
- Dosis tinggi (1.500–3.000 mg/hari): Diteliti oleh Bryer & Goldfarb (2006) serta Kim (2023). Pada dosis ini, vitamin C menurunkan stres oksidatif dan nyeri otot, tetapi berpotensi menghambat adaptasi latihan karena mengganggu sinyal redoks yang penting bagi peningkatan performa.
- Kombinasi vitamin C dan E: (Kim, 2023; Martínez-Ferrán, et al., 2022) menunjukkan penurunan biomarker stres oksidatif, tetapi tidak meningkatkan performa lari dan justru bisa mengganggu adaptasi otot.
Secara keseluruhan, dari 12 studi yang tercatat, hasil konsisten menunjukkan bahwa vitamin C menurunkan stres oksidatif dan inflamasi (misalnya pada malondialdehyde, F2-isoprostanes, atau protein karbonil). Akan tetapi, efek terhadap performa fisik (VO₂max, kekuatan, daya tahan, kecepatan pemulihan) cenderung tidak signifikan, kecuali pada individu dengan kadar vitamin C rendah sejak awal.
Kesimpulan:
Asam askorbat (vitamin C) merupakan antioksidan kuat yang berperan penting dalam melawan stres oksidatif dan inflamasi, sehingga berpotensi mendukung pemulihan pasca-latihan. Dari berbagai penelitian antara tahun 2002 hingga 2023 dengan dosis suplementasi yang bervariasi mulai dari 200 mg hingga 3.000 mg per hari selama 3 hari hingga 8 minggu, konsistensi hasil menunjukkan bahwa vitamin C efektif menurunkan biomarker stres oksidatif (malondialdehyde, F2-isoprostanes, protein karbonil) dan mediator inflamasi (IL-6, TNF-α), serta meningkatkan aktivitas antioksidan endogen. Dengan demikian, vitamin C dapat digunakan sebagai strategi untuk mengurangi stres oksidatif dan inflamasi, bukan sebagai peningkat performa fisik utama para atlet.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: natee127_Envato element)
Referensi:
Durzyńska A, Gutowski P, Drozdowska K, Żołądkiewicz K, Słojkowska A. The effects of vitamin C supplementation on oxidative and immune response and post exercises inflammation: vitamin C in health and physical performance - critical review. J Educ Health Sport. 2025 May 1;81:58727.