Detail Article

Perbandingan Profil Keamanan Antidiabetik Golongan SGLT2i

by Johan Indra Lukito
Jul 18
Share this article
img-Diabetes.jpg
Updated 29/Jul/2020 .

Tinjauan sistematis dan meta-analisis terhadap uji klinik terkontrol secara acak (RCT) untuk menilai profil keamanan pasca-pemasaran dari penggunaan obat antidiabetik golongan sodium glucose co-transporter-2 inhibitors (SGLT2i). 

Tinjauan sistematis dan meta-analisis terhadap uji klinik terkontrol secara acak (RCT) untuk menilai profil keamanan pasca-pemasaran dari penggunaan obat antidiabetik golongan sodium glucose co-transporter-2 inhibitors (SGLT2i). Pencarian RCT tentang SGLT2i dibandingkan dengan plasebo atau pembanding aktif, dilakukan melalui enam database besar hingga Mei 2018. Aspek keamanan dinilai dari kejadian: cidera ginjal akut (AKI), ketoasidosis diabetik (DKA), infeksi saluran kemih (ISK), patah tulang, dan amputasi tungkai bawah.

Sebanyak 109 RCT dianalisis. sebagian besar RCT melibatkan salah satu dari empat SGLT2i yang dipasarkan, dapagliflozin (34 studi), canagliflozin (20 studi), empagliflozin (25 studi), dan ipragliflozin (11 studi); sementara 21 studi melibatkan satu dari lima SGLT2i yang tidak dipasarkan. Bila dibandingkan dengan plasebo, analisis menemukan bahwa SGLT2i: Secara signifikan bersifat protektif terhadap AKI (RR = 0,59; 95% CI 0,39-0,89; I2 = 0,0%). Namun, hasil ini sangat dipengaruhi oleh satu studi melibatkan empagliflozin: EMPA-REG. Perkiraan hasil gabungan setelah mengeksklusi studi EMPA-REG menjadi tidak signifikan. Tidak ada perbedaan yang ditemukan untuk DKA (RR 0,66; 95% CI 0,30-1,45, I2 = 0,0%), Tidak ada perbedaan yang ditemukan untuk ISK (RR 1,02; 95% CI 0,95-1,09, I2 = 0,0%). 

Tidak ada perbedaan ditemukan untuk patah tulang (RR 0,87; 95% CI 0,69-1,09, I2 = 1,3%). Tiga penelitian melaporkan amputasi, dengan satu menemukan peningkatan risiko yang signifikan pada pengguna empagliflozin 25 mg. Tidak ada peningkatan risiko untuk semua aspek bila dibandingkan dengan kontrol aktif. Analisis subkelompok menunjukkan peningkatan risiko ISK hanya pada dapagliflozin (RR 1.21; 95% CI 1.02 hingga 1.43, I2 = 0.0%), tetapi tidak ada analisis lain yang mendukung peningkatan risiko AKI, DKA, ISK atau fraktur. 

Dapagliflozin dapat meningkatkan risiko ISK bila dibandingkan dengan plasebo dan kontrol aktif. Mekanisme biologis untuk peningkatan risiko ISK di antara pengguna dapagliflozin belum jelas; Namun, beberapa studi patofisiologis awal menunjukkan bahwa hubungan dosis-respons dengan ekskresi glukosa urin tampaknya meningkat pada awal dosis yang direkomendasikan normal untuk sebagian besar SGLT2i, meskipun terus terjadi pada kisaran dosis normal untuk dapagliflozin

Bukti saat ini dari RCT tidak menunjukkan peningkatan risiko terkait keamanan dengan SGLT2i secara keseluruhan dibandingkan plasebo atau pembanding aktif dalam aspek dengan AKI, DKA, ISK atau patah tulang. Namun, rentang kepercayaan yang lebar pada banyak perbandingan menunjukkan ketepatan hasil yang terbatas, dan oleh karena itu, efek samping yang penting secara klinis tidak dapat dikesampingkan. Dapagliflozin, tampaknya secara independen meningkatkan risiko ISK, meskipun mekanisme penyebabnya belum jelas.

 


Image: Ilustrasi

Referensi: Donnan JR, Grandy CA, Chibrikov E, Marra CA, Aubrey-Bassler K, Johnston K et al. Comparative safety of the sodium glucose co-transporter 2 (SGLT2) inhibitors: a systematic review and meta-analysis. BMJ Open. 2019;9(1):e022577. doi: 10.1136/bmjopen-2018-022577.

 

Share this article
Related Articles