Perawatan luka modern menggunakan prinsip TIME (Tissue, Infection, Moisture, dan Edge), di mana prinsip “Tissue” adalah tindakan debridement untuk menghilangkan jaringan mati dan prinsip “Infection” adalah tindakan pemberian antiseptik luka untuk mencegah atau mengobati infeksi.
Dr. Vallejo dan tim dari Australia melakukan sebuah uji klinik yang membandingkan kombinasi antara debridement (menggunakan low-frequency contact ultrasonic debridement, n=25) dengan pemberian antiseptik polyhexamethylene biguanide (PHMB, n=25) pada pasien luka kronik. Setelah dilakukan debridement, kemudian dilakukan aplikasi topikal (15 menit) menggunakan PHMB atau normal saline, dan dilakukan evaluasi hingga minggu ke-12.
Hasilnya:
1. Bacterial load pada kelompok debridement + PHMB lebih rendah dibandingkan bacterial load pada kelompok debridement saja (p<0,001).
2. Lebih banyak proporsi luka mengecil pada kelompok debridement + PHMB dibandingkan kelompok debridement saja (61% versus 12%, p=0,019).
3. Lebih banyak luka yang memburuk pada kelompok debridement saja, dibandingkan dengan kelompok debridement + PHMB (44% versus 8%, p=0,01).
4. Nyeri lebih rendah pada kelompok debridement + PHMB dibandingkan debridement saja (p<0,04).
Kesimpulan:
Cleansing luka menggunakan polyhexanide setelah tindakan debridement, efektif untuk mempercepat penyembuhan luka, mengurangi bacterial load, mengurangi nyeri, dan mencegah perburukan luka.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: Pexels)
Referensi:
Vallejo A, Wallis M, McMillan D. Use of low-frequency contact ultrasonic debridement with and without polyhexamethylene biguanide in hard-to-heal leg ulcers: an RCT. J Wound Care. 2022 Aug 2;31(8):670-81.