Tidak semua pasien yang sembuh dari infeksi Covid-19, mengalami bebas gejala. Banyak yang mengalami rasa lelah, nyeri tulang dan sendi, palpitasi, sakit kepala, pusing dan insomnia yang berkelanjutan. Namun, terdapat 1 dampak klinis jangka panjang yang akhir-akhir ini meningkat, yakni penurunan kognitif. Hal ini dialami pula oleh pasien dengan gejala Covid-19 ringan.
Defisit kognitif pasca-Covid-19 dapat berupa penurunan atensi, konsentrasi, hingga memori jangka pendek. Pada populasi subjek usia 17-71 tahun, tampak lebih nyata mengalami defisit ini pasca-sembuh dari Covid-19 (derajat ringan – berat), meliputi gangguan memori (18,9%), gangguan konsentrasi, dan atensi (19,9%).
Baker HA, et al, menjelaskan bahwa adanya peranan dari faktor risiko, patologi inflamasi Covid-19, dan program terapi Covid-19, dalam memicu kerusakan sistem saraf. Ketiga komponen ini bersinergis dalam berkontribusi pada penurunan kognitif jangka panjang pasca-infeksi Covid-19. Komponen-komponen tersebut tampak dalam diagram di bawah ini.
Faktor-faktor risiko yang dimaksud berupa penyakit komorbiditas pasien yang meliputi hipertensi, diabetes, obesitas, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik), dan usia pasien (>65 tahun). Kondisi terapi Covid-19 yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif adalah sedasi yang memanjang, insomnia dan isolasi yang dapat memicu stress oksidatif pada sistem saraf pusat.1
Studi kohort, cross-sectional, dan acak oleh Woo MS, et al, dilakukan pada 18 pasien Covid-19 derajat ringan-sedang, usia 17-71 tahun dengan atau tanpa penyakit komorbid, dan sembuh dalam 20-105 hari pasca-infeksi Covid-19. Pemeriksaan/skrining fungsi kognitif dilakukan selama masa isolasi hingga post infeksi, dengan menggunakan TICS-M (Modified Telephone Interview for Cognitive Status). Hasil pemeriksaan/skrining ini kemudian dibandingkan dengan populasi subjek sehat yang kondisinya persis seperti 18 pasien ini, sebelum terinfeksi Covid-19, baik dari segi usia maupun kondisi komorbidnya (bila ada).
Hasilnya menunjukkan adanya penurunan fungsi kognitif yang signifikan ke arah mild cognitive impairment pasca-infeksi Covid-19 dengan skor TICS-M yang berbeda signifikan antara populasi pasien Covid-19 ringan-sedang dengan populasi subjek sehat, dengan nilai p=0,0002. Penurunan ini dibagi ke dalam kategori spesifiknya yang meliputi defisit atensi 50% (9 pasien, p=0,029), defisit konsentrasi 44,4% (8 pasien, p=0,009), dan defisit memori jangka pendek 44,4% (8 pasien, p=0,004). Tidak ada korelasi antara penurunan kognitif/ mild cognitive impairment pasca-covid-19 dengan obat yang dikonsumsi dan derajat infeksinya.
Disimpulkan, pada 18 pasien usia 17-71 tahun yang sembuh dari Covid-19 ringan-sedang dalam 20-105 hari tanpa komplikasi berat, ditemukan adanya defisit atensi 50% (9 pasien, p=0,029), defisit konsentrasi 44,4% (8 pasien, p=0,009), dan defisit memori jangka pendek 44,4% (8 pasien, p=0,004). Total hasil ini berbeda secara signifikan (p=0,0002) jika dibandingkan dengan kelompok subjek sehat yang kriteria usia dan kondisinya sama seperti sebelum terinfeksi Covid-19. Oleh karena itu, perlunya skrining fungsi kognitif sejak dini saat terinfeksi Covid-19.
Gambar: Ilustrasi (www.pexels.com)
Referensi:
1. Baker HA, Safavynia SA, Evered LA. The ‘third wave’ : Impending cognitive and functional decline in covid-19 survivors. British Journal of Anaesthesia. 2021; 126(1): 44-7.
2. Woo MS, Malsy J, Pottgen J, Zai SS, Ufer F, Hadjilaou A et al. Frequent neurocognitive deficits after recovery from mild covid-19. Brain Communications. 2020.