Obat-obatan steroid topikal merupakan pilihan pengobatan yang efektif untuk meredakan gejala inflamasi pada mata. Akan tetapi, penggunaan obat-obatan steroid topikal pada mata dapat berakibat menimbulkan efek samping pada mata, misalnya: glaukoma (meningkatnya tekanan intraokuler) dan katarak pada lensa mata. Risiko kejadian efek samping ini berbanding lurus dengan potensi dari setiap steroid, di mana steroid dengan potensi yang tinggi akan lebih berisiko untuk menyebabkan efek samping, dan begitupun sebaliknya dengan steroid dengan potensi yang rendah.
Fluorometholone adalah steroid topikal untuk mata dengan potensi dan risiko efek samping yang relatif lebih rendah dibandingkan steroid lainnya. Oleh karena itu, dr. Matafsi dan tim dari UK melakukan sebuah penelitian retrospektif case-note review yang mengevaluasi data dari 107 kasus anak (usia median 6 tahun, rentang usia dari 3 bulan sampai 17 tahun) dengan inflamasi pada mata yang mendapatkan pengobatan menggunakan fluorometholone 0,1%, serta bagaimana efeknya terhadap kejadian glaukoma pada anak-anak tersebut.
Indikasi penggunaan fluorometholone yang paling banyak digunakan pada penelitian ini adalah blepharo-kerato-konjungtivitis. Frekuensi maksimal penggunaan fluorometholone pada penelitian ini adalah 4 kali sehari, yang kemudian secara bertahap dikurangi menjadi sekali seminggu pada kasus-kasus yang membutuhkan pengobatan jangka panjang. Contoh regimen yang banyak digunakan dalam penelitian ini adalah dua kali sehari selama 2 bulan, sekali sehari selama 1 bulan, tiga kali seminggu selama 2 minggu, dua kali seminggu selama 2 minggu, sekali seminggu selama 4 minggu.
Hasilnya, jumlah rata-rata penggunaan obat tetes mata adalah 228 tetes dalam rentang waktu rata-rata 9 bulan. Tekanan intra-okuler pasca-penggunaan fluorometholone secara resmi didokumentasikan pada sebanyak 51 dari 107 kasus (median usia 6,85 tahun, rentang 4 bulan sampai 16 tahun) dan hasilnya, sekanan intraokuler pada semua mata yang diukur tersebut adalah <19 mm Hg pada semua kasus. Selain itu, pada 56 kasus tidak memungkinkan pengukuran tekanan intraokuler (usia rata-rata 5,9 tahun, rentang 3 bulan hingga 17 tahun), namun tidak ada yang memenuhi definisi glaukoma.
Kesimpulan:
Pada penelitian ini, penggunaan fluorometholone dengan regimen penurunan dosis (dua kali sehari selama 2 bulan, sekali sehari selama 1 bulan, tiga kali seminggu selama 2 minggu, dua kali seminggu selama 2 minggu, sekali seminggu selama 4 minggu) efektif sebagai pengobatan anti-inflamasi dengan keamanan yang dapat ditoleransi dalam hal mencegah glaukoma akibat steroid pada anak dengan rentang usia dari 3 bulan sampai 17 tahun.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)
Referensi:
Mataftsi A, Narang A, Moore W, Nischal KK. Do reducing regimens of fluorometholone for paediatric ocular surface disease cause glaucoma? Br J Ophthalmol. 2011 Nov;95(11):1531-3.