Nyeri merupakan keluhan yang sering dialami oleh penderita kanker, terutama pasien stadium lanjut, dengan prevalensi diperkirakan lebih dari 70%. Nyeri berdampak negatif secara signifikan terhadap kualitas hidup pasien penderita kanker.
Menurut WHO, tangga analgesik (analgesic step ladder) adalah acuan utama penanganan nyeri kanker. Langkah pertama pada tangga analgesik digunakan untuk mengobati nyeri derajat ringan. Pilihan terapi dapat berupa analgesik non-opioid, seperti acetaminofen (paracetamol), dan obat antiinflamasi non steroid (NSAID) dengan atau tanpa analgesik adjuvan (tambahan). Langkah kedua dari tangga analgesik terdiri dari golongan opioid lemah (seperti tramadol atau kodein) yang digunakan untuk nyeri derajat ringan hingga sedang. Opioid kuat seperti morfin digunakan pada tahap ketiga tangga analgesik WHO, yang berfungsi untuk mengobati nyeri derajat sedang hingga berat.
Beberapa penelitian menemukan bahwa lebih dari 50% pasien kanker mengalami nyeri derajat sedang hingga berat sepanjang hidup mereka. Pada kondisi ini, analgesik opioid adalah pengobatan andalan untuk terapi nyeri kanker. Morfin adalah analgesik opioid yang paling umum direkomendasikan untuk terapi nyeri derajat sedang hingga berat pada pasien kanker. Namun, penggunaan morfin juga memiliki keterbatasan terkait efek samping yang ditimbulkannya seperti efek sedasi dan gangguan kognitif. Non-opioid dan NSAID sering digunakan sebagai kombinasi dengan opioid untuk mengurangi kebutuhan opioid dan mengurangi efek samping terkait penggunaan opioid.
Suatu penelitian telaah sistematik dilakukan oleh Gaertner dkk. terhadap 4 studi (3 penelitian RCT dan 1 penelitian kohort) yang mengevaluasi pemberian metamizole pada 252 pasien kanker yang menderita nyeri derajat sedang hingga berat terhadap penurunan intensitas nyeri, opioid-sparing effects (penurunan dosis opioid), keamanan, dan kualitas hidup. Tiga studi menggunakan metamizole dosis rendah (maksimum 2 gr/hari) dan hanya satu studi yang membandingkan kombinasi metamizole dengan opioid kuat (morfin). Pada penelitian ini, metamizole dibandingkan dengan plasebo, morfin, atau NSAID dalam mengurangi nyeri kanker.
Dalam hal pengurangan intensitas nyeri yang diukur berdasarkan skor VAS (Visual Analog Score), metamizole dosis rendah (1,5-2 gr/hari) lebih superior dibandingkan plasebo dan sebanding dengan NSAID. Metamizole dosis tinggi (3 × 2 gr/hari) sebanding dalam pengurangan intensitas nyeri dengan morfin oral 60 mg/hari.
Tidak ada peningkatan insiden efek samping metamizole dibandingkan dengan plasebo, NSAID, atau morfin. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah pirosis (rasa panas yang seringkali dirasakan di daerah perut, dada, dan leher), mual, nyeri epigastrik, pusing, dan vertigo ringan.
Metamizole sendiri telah masuk rekomendasi dalam suatu guideline perawatan paliatif di Jerman sebagai hasil dari konsensus para ahli di negara tersebut:
1. Metamizole dapat digunakan sebagai terapi tunggal untuk pengobatan nyeri kanker derajat ringan dan sebagai terapi tambahan opioid untuk nyeri kanker derajat sedang dan berat sebagai alternatif penggunaan NSAID dan paracetamol/acetaminophen.
2. Metamizole menjadi pilihan dibandingkan NSAID terkait profil efek sampingnya yang lebih menguntungkan.
Kesimpulan penelitian ini adalah dalam praktik klinis, metamizole direkomendasikan dalam manajemen nyeri kanker dan sebagai alternatif terhadap penggunaan opiod. Metamizole dapat digunakan sebagai monoterapi (intensitas nyeri ringan) atau dalam kombinasi dengan opioid (intensitas nyeri sedang hingga berat). Metamizole juga dapat menjadi pilihan dibandingkan NSAID terkait profil efek samping yang lebih minimal apabila penggunaan anti nyeri dalam jangka panjang.
Image: Ilustrasi (sumber: https://www.health.harvard.edu)
Referensi:
1. Gaertner J, Stamer UM, Remi C, et al. Metamizole/dipyrone for the relief of cancer pain: A systematic review and evidence-based recommendations for clinical practice. Palliat Med. 2017;31(1):26-34. doi:10.1177/0269216316655746.
2. V Subramaniam A, Salem Yehya AH, Oon CE. Molecular Basis of Cancer Pain Management: An Updated Review. Medicina (Kaunas). 2019;55(9):584. Published 2019 Sep 12. doi:10.3390/medicina55090584.