
Studi ini menyelidiki hubungan antara penggunaan obat diabetes dan risiko demensia pada penderita diabetes, di mana pada 60% diperkirakan akan mengalami demensia. Diabetes dapat menyebabkan demensia melalui faktor-faktor seperti hiperglikemia dan inflamasi.
Metformin, pengobatan diabetes lini pertama, dikenal memiliki potensi neuroprotektif, yang ditunjukkan melalui efeknya pada kelangsungan hidup neuron dan kontrol inflamasi, meskipun studi epidemiologis telah menghasilkan hasil yang bervariasi mengenai asosiasinya dengan risiko demensia. Sebaliknya, dampak sulfonylurea, yang meningkatkan sekresi insulin, terhadap demensia kurang jelas. Untuk mengeksplorasi apakah metformin memiliki perlindungan neurologis yang lebih besar daripada sulfonylurea, sebuah studi retrospektif skala besar dilakukan pada veteran AS.
Studi berfokus pada 432.922 veteran AS berusia 65 tahun ke atas yang belum pernah menggunakan obat diabetes sebelumnya; antara tahun 2001 hingga 2012. Studi ini mengecualikan penderita penyakit ginjal tahap lanjut atau indikator diabetes yang parah. Hasil utama adalah diagnosis demensia apapun, dengan penyakit Alzheimer (AD) dan demensia vaskular (VaD) sebagai hasil sekunder. Kovariat seperti komorbiditas, pemanfaatan layanan kesehatan, dan nilai laboratorium dipertimbangkan. Analisis statistik melibatkan pengembangan skor kecenderungan (PS) dan inverse probability of treatment weighting = (IPTW), untuk memperkirakan risiko demensia.
Antara tahun 2001 dan 2012, studi mencakup 17.200 pengguna baru metformin dan 11.440 pengguna baru sulfonylurea di kalangan veteran AS, dengan usia rata-rata 73,5 tahun dan HbA1c rata-rata 6,8%. Setelah pengamatan rata-rata selama 5 tahun, 4.906 kasus demensia didiagnosis, dengan 2.177 (12,7%) di kelompok metformin dan 2.729 (23,9%) di kelompok sulfonylurea. Selain itu, tingkat gangguan kognitif ringan (MCI) adalah 6,8% untuk pengguna metformin dibandingkan dengan 8,9% untuk pengguna sulfonylurea.
Dalam analisis utama, untuk veteran yang berusia di bawah 75 tahun, crude hazard ratio (HR) untuk demensia pada pengguna metformin dibandingkan dengan pengguna sulfonylurea adalah 0,67 (95% CI 0,61–0,73), dan untuk mereka yang berusia 75 tahun atau lebih, rasio tersebut adalah 0,78 (95% CI 0,72–0,83). Setelah penyesuaian untuk faktor pembias menggunakan metode IPTW, hasil tersebut tetap signifikan untuk mereka yang berusia di bawah 75 tahun, tetapi tidak untuk mereka yang berusia 75 tahun atau lebih.
Dalam analisis tambahan, pengguna metformin yang lebih muda dengan baseline HbA1c ≥7% memiliki risiko demensia yang lebih rendah dibandingkan dengan pengguna sulfonylurea. Demikian pula, mereka dengan fungsi ginjal yang baik dan veteran kulit putih juga menunjukkan risiko demensia yang lebih rendah. Dalam analisis sensitivitas yang mengecualikan pengguna insulin dan thiazolidinedione, hasilnya tetap konsisten untuk mereka yang berusia di bawah 75 tahun dan untuk mereka yang berusia 75 tahun atau lebih. Selain itu, dalam kelompok yang dikecualikan karena nilai HbA1c yang hilang, pasien muda yang menggunakan metformin juga menunjukkan risiko demensia yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang menggunakan sulfonylurea.
Kesimpulan:
Metformin dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan sulfonylurea pada veteran yang berusia di bawah 75 tahun, memiliki fungsi ginjal yang baik, dan berkulit putih.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)
Referensi:
Tam HTX, Thuy LND, Vinh NM, Anh TN, Van BT. The combined use of metformin and methotrexate in psoriasis patients with metabolic syndrome. Dermatol Res Pract. 2022 Apr 22;2022:9838867. doi: 10.1155/2022/9838867.