Androgenik alopecia (AGA) adalah gangguan kerontokan rambut umum yang terutama mempengaruhi daerah di atas galea aponeurotika. Studi telaah sistematik oleh dr. Robert dan kolega, mengevaluasi metodologi dan hasil luaran pemberian BoNTA secara intramuskuler dan/atau intradermal dapat memperbaiki AGA. Penggunaan injeksi botulinum toksin secara intramuskuler dan/atau intradermal pada 5 studi klinis dengan pasien AGA menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Berdasarkan studi, androgenik alopecia (AGA) dimediasi oleh genetik dan hormon androgen. Secara khusus, aktivitas dihidrotestosteron (DHT) pada folikel rambut yang sensitif secara genetik tampaknya mendisregulasi jalur Wnt/beta-catenin, menginduksi perubahan faktor pertumbuhan beta-1 (TGF-β1), dan memicu apoptosis pada sel papila dermal (DPC) – mengarahkan ke pemendekan siklus rambut, peningkatan rasio telogen:anagen, dan miniaturisasi progresif folikel rambut. Dua terapi yang disetujui untuk AGA adalah finasteride oral dan minoxidil topikal. Finasteride dan minoxidil mengurangi 5α-DHT dan masing-masing meningkatkan vasodilatasi. Studi klinis menunjukkan bahwa finasteride 1 mg/hari memperlambat, menghentikan, atau membalikkan sebagian perkembangan AGA pada 80%–90% pria dan, selama periode 2 tahun, memperbaiki rambut jumlah rambut sebesar 10%.
Sementara didapatkan bukti yang sangat kuat mengimplikasikan DHT dalam patogenesis AGA, para peneliti terus mengeksplorasi faktor biologis, histologis, dan morfologis yang dapat berkontribusi atau mempercepat proses kebotakan. Salah satu yang diteliti melibatkan otot scalp perimeter yang berakhir ke galea aponeurotika - oksipital, frontalis, aurikularis, dan temporalis – yang sering dilaporkan oleh peneliti secara kronis dan tanpa sadar berkontraksi pada laki-laki yang terkena AGA. Ketika terjadi kontraksi secara kronis pada otot tersebut, otot mencubit jaringan pembuluh darah yang secara tidak langsung mempengaruhi pasokan darah dan oksigen ke jaringan AGA. Penurunan dari aliran darah dan level oksigen transkutaneus diobservasi pada jaringan pasien dengan AGA.
Studi telaah sistematik oleh dr. Robert dan kolega, mengevaluasi metodologi dan hasil luaran pemberian BoNTA secara intramuskuler dan/atau intradermal dapat memperbaiki AGA. Terdapat 5 studi yang memenuhi kriteria, di mana 4 studi kohort prospektif dan 1 studi RCT yang melibatkan total 165 subjek dengan AGA berusia 19-57 tahun. Derajat subjek yang terlibat Norwood-Hamilton grade II hingga IV. Durasi studi berkisar 24-60 minggu, dengan sesi terapi 1-5x dengan dosis yang digunakan 30-150 unit per sesi, dengan interval 3 minggu hingga 5 bulan.
Hasilnya:
· Dari 4 studi, didapatkan response rates sebesar 75%-79,1%
· Densitas rambut/kepadatan rambut pada area tetap 2 cm, meningkat rata-rata 18% (p<0,0001)
· Pada penilaian photographic, sebesar 80% subjek menunjukkan respons yang baik, 10% menunjukkan respons biasa saja, dan 10% menunjukkan respons kurang baik.
· Pada studi RCT, pada kelompok intervensi BoNTA tunggal didapatkan perbaikan jumlah rambut (p < 0,001) dari 180,57 ± 26,53 ke 218,26 ± 30,59, dengan rerata perubahan 20,9%. Pada kelompok kombinasi botulinum toksin tipe A dan finasteride, perbaikan jumlah rambut (p < 0,001) dari 178,21 ± 24,33 ke 234,01 ± 27,35, dengan rerata perubahan 31,3%
· Tidak didapatkan efek samping serius
Kesimpulan:
Penggunaan injeksi botulinum toksin secara intramuskuler dan/atau intradermal pada 5 studi klinis dengan pasien AGA menunjukkan hasil yang menjanjikan. Injeksi intradermal BoNTA, dapat menurunkan regulasi TGF-β1 di DPC dan diduga dapat membuka jalur arteri yang terjepit dengan mengurangi tegangan pada kulit kepala.
Gambar: Ilustrasi (Freepik)
Referensi:
Jr RSE, Ruiz S. Use of botulinum toxin for androgenic alopecia: A systematic review. Skin Appendage Disord. 2022;8(2):93–100.