Detail Article

Penggunaan BoNTA sebagai Terapi Eritema Persisten pada Rosasea

dr. Della Sulamita
Agt 30
Share this article
b90c4b5b31b1247f7108df68e518e321.jpg
Updated 30/Agt/2023 .

Rosasea adalah penyakit inflamasi kulit kronis dengan gejala vaskular, seperti flushing dan eritema fasial, yang menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Ada beberapa perawatan untuk pengelolaan rosasea, bertingkat berdasarkan dominan lesi dan tingkat keparahannya. Namun, respons gejala eritematotelangiektasis untuk pengobatan konvensional saat ini tidak memuaskan. Dari studi ini, toksin botulinum merupakan pengobatan alternatif pada pasien dengan eritema refraktori dan flushing terkait dengan rosasea. 

The United States Food and Drug Administration telah menyetujui oxymetazoline dan brimonidine sebagai vasokonstriktor dengan efek pada komponen vaskular rosasea. Namun, manfaat dari perawatan ini terbatas, karena efisiensi yang sementara (durasi rata-rata 8–10 jam) dan efek rebound telah dilaporkan pada beberapa pasien. Pemberian intradermal toksin botulinum adalah pengobatan alternatif untuk eritema refraktori dan flushing. Intervensi ini telah menunjukkan efek lebih lama tanpa efek rebound.

 

Kasus 1

Pasien wanita berusia 28 tahun dengan eritema wajah dan pustul di pipinya bertahan selama dua tahun dan didiagnosis dengan rosasea. Sebelumnya, pasien mendapatkan doxycycline (40 mg setiap hari selama satu bulan), gel azelaic acid 15% sekali per hari, dan krim ivermectin 1% di malam hari selama tiga bulan, didapatkan pengurangan jumlah pustula tetapi eritema menetap. Toksin botulinum, yang diencerkan menjadi 25% (empat kali), disuntikkan secara intradermal di area eritema pipi. Sebanyak 30 unit toksin botulinum didistribusikan dalam 40 titik (0,75 U dalam 0,02 mL per titik injeksi) disuntikkan di daerah dengan eritema, dengan jarak 1 cm, menggunakan jarum 30G dan syringe 1 mL. Didapatkan perbaikan flushing sebesar 75% dan 65% perbaikan eritema permanen setelah 1 bulan terapi.


Kasus 2

Wanita berusia 39 tahun dengan eritema, telangiectasias, dan papula di dahi, pipi, dan dagunya, sejak tahun lalu. Pasien mendapatkan pengobatan dengan gel metronidazole 0,75%, pelembab, dan tabir surya. Pasien menghentikan gel metronidazole karena sensasi terbakar lokal. Empat bulan kemudian, jumlah papulopustula, telangiektasis, serta eritema di pipi dan dagunya meningkat. Pasien diresepkan doxycycline (40 mg setiap hari untuk dua bulan), krim topikal ivermectin 1% pada malam hari, dan tabir surya tiga kali per hari. Setelah enam bulan, resolusi semua lesi inflamasi. Namun, meskipun terapi pemeliharaan topikal, pasien menunjukkan eritema persisten di dahi, pipi, dan dagu. Pasien mendapatkan isotretinoin oral (20 mg tiga kali/minggu) dan dua sesi laser non-ablatif fraksional (1.550 nm), tanpa perbaikan flushing dan eritema.

Kemudian pasien mendapatkan suntikan toksin botulinum secara intradermal yang diencerkan menjadi 25%, di pipi, glabella, dan dagu. Total 14 unit diberikan dengan dosis 0,25 U per 0,02 mL (56 titik) menggunakan jarum 30G. Satu bulan kemudian, didapatkan perbaikan 70% flushing dan eritema.


Kasus 3

Pria berusia 35 tahun dengan telangiectasia, papula, pustul, dan eritema menetap di pipi dan dagu, selama delapan tahun terakhir. Selama tiga tahun sebelumnya, pasien mendapatkan gel metronidazole 0,75%. Toksin botulinum diberikan secara intradermal diencerkan menjadi 25% di pipi dan dagu dengan dosis 20 unit (0,75 U per 0,02 mL) (26 titik). Tiga minggu kemudian, eritema berkurang hingga 60%.

 

Kesimpulan:

Dari studi ini, toksin botulinum merupakan pengobatan alternatif pada pasien dengan eritema refraktori dan flushing terkait dengan rosasea. Pada tiga pasien yang dilaporkan, hasil yang memuaskan tercapai tanpa efek samping. Untuk penggunaan jangka panjang, toksin botulinum lebih hemat biaya daripada terapi topikal.

 


Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)

Referensi:

Luque A, Rojas AP, Ortiz-Florez A, Perez-Bernal J. Botulinum toxin: An effective treatment for flushing and persistent erythema in rosacea. J Clin Aesthetic Dermatol. 2021;14(3):42–5. 

Share this article
Related Articles
Related Products
c0d94008f59e9c42b158a3430cc604ef.jpg
c17069368f171e1807c5e2b06159eb72.jpg
c309792ea21c46f33bc5d105dcef9f04.jpg
86546e2db5fd4c9c1ecab05b671f54f8.jpg
b34126890c8a195383a5a71ddf37f08a.png
74406ee1623e224e1b237a6a71418a0a.jpg
8a61308b3c1be9a32fcd4848aff5e370.jpg
e390c7348aa73d25277f5c58052908e5.jpg
8f88e9cdbb4586917d92e54e165a79ce.jpg
ad9072e4da8d16a94ec520b25c2e7837.jpg