Detail Article

Pemberian Vitamin C pada Hiperpigmentasi Gusi, Sebaiknya dengan Mesoterapi atau Gel Topikal?

dr. Devina Ciayadi
Nov 11
Share this article
f91c6defd48842de3c26110a17775116.jpg
Updated 12/Nov/2021 .

Koreksi kosmetik terhadap hiperpigmentasi gusi semakin diminati, terutama pada pasien dengan gummy smile atau gusi yang terlihat saat tersenyum. Warna gusi dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran vaskuler, ketebalan epitel, derajat keratinisasi, dan pigmen pada epitel gingiva. Pigmentasi gusi tampak sebagai diskolorasi (perubahan warna) menjadi keunguan difus dan dalam atau berupa warna cokelat ireguler, cokelat muda, atau garis-garis hitam. 


Pigmentasi pada gusi dapat bersifat fisiologis (pigmentasi pada ras Afrika, Asia, dan Mediterana) atau akibat penyakit (Addison’s disease, paparan ultraviolet, melanoma, penumpukkan metal seperti merkuri, perak, dan emas, merokok, prosedur dental, atau konsumsi obat tertentu).


Beberapa pilihan terapi terhadap hiperpigmentasi gusi antara lain terapi operasi dengan scalpel, abrasi bur, terapi laser (dioda, karbon dioksida, Er:YAG, Nd-YAG), dan cryosurgery. Terapi operasi dan abrasi bur tergolong ekonomis dan umum dilakukan, namun dapat memberi rasa nyeri setelah tindakan, memiliki risiko perdarahan, dan pigmentasi berulang akibat migrasi dari melanosit sekitar. Terapi laser terbukti efektif dan tanpa perdarahan, namun memiliki risiko kerusakan termal, dan harganya tergolong cukup tinggi. Cryosurgery tergolong  mudah dan tidak berisiko berdarah, namun sulit dalam mengontrol kedalaman efek dari terapi.

Vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu bahan depigmentasi melalui mekanisme mengurangi pigmentasi melanin dengan menurunkan aktivitas tirosin, sehingga dapat menurunkan prekursor sintesis melanin (dopaquinone). Penggunaan vitamin C dapat dilakukan secara topikal atau transdermal.


Sebuah penelitian acak single-blinded pada 20 pasien dengan hiperpigmentasi gusi membandingkan efektivitas vitamin C topikal dan intramukosa (mesoterapi). Pasien dibagi menjadi 2 grup sebagai berikut:

Grup 1 (Injeksi Intramukosa Vitamin C, G1 Mesoterapi):

Pasien dianestesi blok lokal dengan mepivacaine 2% dan levonordefrine 1:20.000. Lalu dilakukan penyuntikan 1 mL (200 mg) L-ascorbic acid dengan kedalaman 1 mm di area pigmentasi, bevel jarum (jarum 29 gauge, 0,33 mm x 8 mm, 5/16”) menghadap atas, hingga tampak keputihan pada jaringan/blanch (sekitar 0,1 mL setiap titik dengan jarak 2-3 mm).

Frekuensi: 3 kali dengan interval 1 minggu


Grup 2 (Gel Topikal Vitamin C, G2 Gel):

Pasien mengoleskan gel ascorbic acid 2-glucoside (AS-G) (10% AS-G dalam 100 mL air distilasi ditambah propylene glycol, hydroxypropyl methylcellulose/HPMC).

Frekuensi: setiap hari selama 3 bulan

 

Penilaian dilakukan melalui:

·      Evaluasi pada awal penelitian, setelah 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan dengan parameter Dummett-Gupta Oral Pigmentation Index (DOPI), dengan kriteria:

·      0= jaringan pink (tanpa pigmentasi klinis)

·      1= cokelat muda tipis (pigmentasi ringan)

·      2= cokelat medium atau campuran cokelat-pink (pigmentasi sedang)

·      3= cokelat gelap atau hitam kebiruan (pigmentasi berat)

·      Kepuasan pasien dinilai dengan McGill Pain Questionnaire untuk menilai rasa nyeri selama dan setelah terapi serta kepuasan pasien terhadap hasil yang didapatkan.

Hasil dari penelitian tersebut yaitu:

·      Evaluasi DOPI (Tabel )


o  Grup 1: terjadi perubahan signifikan pada DOPI (p < 0,001, efek =-0,9). Pada bulan pertama, median DOPI menurun signifikan.

o  Grup 2: tidak terdapat perubahan signifikan pada DOPI (p = 0,223)

o  Tidak terdapat perbedaan bermakna antara grup 1 dan 2 saat pemantauan


Tabel. Perbandingan nilai DOPI pada kedua grup

 

·      Kepuasan pasien

o  Kedua grup tidak merasa nyeri selama dan 1 minggu setelah terapi.

o  Grup 1 menunjukkan kepuasan pasien yang lebih tinggi terhadap hasil dibandingkan grup 2 pada minggu 1 (p = 0,001; efek = 0,816) dan bulan ke 6 (p< 0,001; efek = 0,905).


Kesimpulan: Mesoterapi vitamin C menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan aplikasi topikal vitamin C. Kedua teknik tidak memberikan nyeri saat tindakan pada pasien dan tidak ditemukan efek samping yang bermakna.



Gambar: Ilustrasi (www.pexels.com)

Referensi:

1. El-Mofty M, Elkot S, Ghoneim A, Yossri D, Ezzatt OM. Vitamin C mesotherapy versus topical application for gingival hyperpigmentation: a clinical and histopathological study. Clin Oral Investig. 2021. DOI: 10.1007/s00784-021-03978-6

2. Abdel Moneim RA, El Deeb M, Rabea AA. Gingival pigmentation (cause, treatment and histological preview). Future Dental Journal. 2017;3(1):1–7.


Share this article
Related Articles