
Rosacea, yang termasuk dalam penyakit inflamasi kronis, memiliki satu atau lebih manifestasi klinis pada wajah, seperti kemerahan berulang, eritema persisten, serta lesi papular dan pustular. Pasien yang menderita rosacea mungkin mengalami berbagai derajat gatal dan rasa terbakar. Tanda dan gejala ini memengaruhi kesehatan fisik dan mental, kualitas hidup, dan interaksi sosial pasien.
Rosacea biasanya tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan konvensional dan rentan terhadap serangan berulang karena berbagai faktor, sering kali memerlukan perawatan pemeliharaan untuk mencapai remisi yang berkelanjutan. Akibatnya, pasien memiliki kepercayaan rendah terhadap pengobatan dan bahkan mungkin menghentikannya.
Dalam beberapa tahun terakhir, toksin botulinum telah berkembang sebagai salah satu pengobatan yang muncul untuk berbagai kondisi, termasuk rosacea. Perbaikan signifikan dalam tanda dan gejala klinis telah menarik perhatian, baik dari dokter maupun pasien. Namun, belum ada kesepakatan yang dicapai mengenai metode pengobatan, keamanan, efektivitas, dan efek samping jangka panjang yang masih perlu dieksplorasi.
Studi sistematik review oleh dr. Guanjin dan kolega ingin mengevaluasi efikasi serta keamanan toksin botulinum dalam pengobatan rosacea. Telaah ini melibatkan studi hingga 25 Mei 2023, dan didapatkan 22 studi yang sesuai dari tahun 2012 hingga 2022 yang melibatkan 720 partisipan. Durasi rosacea berkisar 49 hari hingga 15 tahun. Evaluasi terapi bervariasi menggunakan DLQI, SSES (state self-esteem scale questionnaires), SAS (self-rating anxiety scale), SDS (self-rating depression scale), dan sGAIS (the subject global aesthetic improvement scale). Untuk derajat keparahan gejala dinilai menggunakan rosacea clinical scorecard (RCS), clinician's erythema assessment (CEA), dan PSA. Kuantitatif parameter menggunakan VISIA skin image analyzer dan Antera 3D.
Hasilnya:
· Seluruh studi menunjukkan penggunaan toksin botulinum sebagai terapi tunggal atau terapi kombinasi untuk rosacea, efektif memperbaiki gambaran klinis terutama eritema dan flushing
· Efek samping yang terjadi adalah nyeri dan memar pada lokasi injeksi
· Skor CEA setelah 1 bulan terapi dengan toksin botulinum didapatkan secara signifikan menurun dibandingkan baseline, dan didapatkan perbaikan gejala yang signifikan pada pasien (semakin tinggi skor CEA, semakin parah rosacea)
Kesimpulan:
Injeksi toksin botulinum secara intradermal dapat mengurangi skor clinician's erythema assessment, memperbaiki tanda dan gejala rosacea, serta dapat meningkatkan kepuasan pasien dengan rosacea.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: freepik)
Referensi:
He G, Yang Q, Wu J, Huang Y, Zheng H, Cheng H. Treating rosacea with botulism toxin: Protocol for a systematic review and meta-analysis. J Cosmet Dermatol. 2024;23(1):44–61.