Detail Article

Pemberian Mycophenolate Mofetil pada Systemic Lupus Erythematosus Onset Baru, Bagaimana Efeknya?

dr. Laurencia Ardi
Des 19
Share this article
ddef780186249f25e2038c445a3575ea.jpg
Updated 20/Des/2024 .

Systemic lupus erythematosus (SLE) merupakan penyakit dengan karakteristik peningkatan sejumlah besar autoantibodi, termasuk antibodi anti-double-stranded DNA (dsDNA). 


Antibodi anti-dsDNA dapat menyebabkan keterlibatan organ pada SLE, seperti ginjal, sendi, dan kulit. Secara khusus, patogenesis pada lupus nefritis terjadi karena adanya ikatan antigen ke sel ginjal atau matriks ekstraseluler, sehingga merangsang aktivasi inflamasi dan proses fibrotik. Selain itu, keterlibatan ginjal telah dilaporkan lebih sering terjadi pada pasien dengan hasil positif persisten terhadap anti-dsDNA daripada pasien dengan positif di awal dan temuan negatif berikutnya terhadap anti-dsDNA atau temuan negatif yang persisten terhadap antibodi anti-dsDNA.

 

Terdapat 3 jenis aktivitas penyakit SLE, yaitu relapsing remitting, chronic activity, dan long quiescence. Relapsing remitting merupakan jenis SLE yang paling sering. Kadar antibodi anti-dsDNA berfluktuasi tergantung dari aktivitas pasien dengan SLE. Kekambuhan didahului dengan peningkatan kadar antibodi anti-dsDNA. Selain itu, peningkatan antibodi anti-dsDNA dapat terjadi sebelum muncul flares dari SLE termasuk pada pasien dengan antibodi anti-dsDNA yang persisten positif. Terapi pada SLE meliputi penggunaan hydroxychloroquine sulfate, prednisone, dan disease-modifying antirheumatic drugs (DMARD’s). Mycophenolate mofetil (MMF) merupakan obat golongan DMARD’s yang digunakan untuk terapi SLE.

 

Suatu penelitian multisenter, acak, tersamar tunggal, dilakukan dengan tujuan untuk menilai efektivitas dan keamanan MMF dan prednisone dan hydroxychloroquine sulfate dibandingkan dengan prednisone dan hydroxychloroquine sulfate tunggal pada pasien dengan SLE. Metodenya adalah dengan mengumpulkan subjek sebanyak 130 pasien yang berusia 18-65 tahun dari 3 RS di Cina. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok MMF (n=65) mendapatkan MMF 500 mg dua kali sehari + hydroxychloroquine sulfate 5 mg/kgBB/hari + prednisone 0,5 mg/kgBB/hari dan kelompok kontrol (n=65) hanya mendapatkan hydroxychloroquine sulfate 5 mg/kgBB/hari + prednisone 0,5 mg/kgBB/hari. Intervensi dilakukan selama 96 minggu. Parameter primer yang dinilai adalah proporsi pasien yang menunjukkan adanya flares berdasarkan SELENA-SLEDAI Flare Index, sedangkan parameter sekundernya adalah proporsi aktivitas SLE pada minggu ke-96, skor 36-Item Short Form Health Survey sebelum dan setelah terapi, proporsi efek samping, dan perubahan skor SLEDAI-2000 serta dosis prednisone.

 

Hasilnya menunjukkan risiko beratnya flares secara signifikan lebih rendah pada kelompok MMF (7 dari 65 [10,8%]) dibandingkan kelompok kontrol (18 dari 65 [27,7%]) (relative risk [RR], 0,39 [95%CI, 0,17-0,87]). Selain itu, 1 dari 65 pasien pada kelompok MMF (1,5%) dan 9 dari 65 pasien pada kelompok kontrol (13,8%) bermanifestasi menjadi lupus nefritis (RR, 0,11 [95%CI, 0,01-0,85]; p=0,008). Efek samping serius yang berkaitan dengan obat paling sering adalah infeksi sebesar 20 dari 65 pasien pada kelompok kontrol (30,8%) dan 22 dari 65 pasien pada kelompok MMF (33,8%). 

 

Kesimpulan:

Penelitian ini menunjukkan bahwa MMF dapat menurunkan kecepatan terjadinya flares yang berat serta kejadian lupus nefritis pada pasien SLE dengan onset baru yang mempunyai titer antibodi anti-dsDNA yang tinggi tanpa adanya organ-organ mayor yang terlibat.

 


Image: Ilustrasi (Sumber: Envato element)

Referensi:

You Y, Zhou Z, Wang F, Li J, Liu H, Cheng X, et al. Mycophenolate mofetil and new-onset systemic lupus erythematosus. A randomized clinical trial. JAMA Network Open. 2024;7(9):e2432131.


Share this article
Related Articles