Mayoritas individu akan mengalami salah satu bentuk kerontokan rambut, dan tipe paling umum adalah alopesia androgenetik (AGA). Satu-satunya pengobatan yang disetujui oleh FDA untuk AGA adalah finasteride oral dan minoxidil topikal, pengobatan ini harus digunakan setiap hari dan tanpa batas waktu, jika tidak, kerontokan rambut akan terjadi lagi setelah penghentian pengobatan.
Terapi minimal invasif seperti microneedling merupakan alternatif terapi yang menjanjikan. Jarum microneedling yang digunakan oleh pasien untuk perawatan di rumah sering kali lebih kecil, antara 0,1 mm dan 0,2 mm, dan penggunaannya tidak menimbulkan rasa sakit. Jarum microneedling yang lebih pendek bersifat "kosmetik" dan membantu penyerapan obat topikal melalui epidermis serta merangsang pertumbuhan rambut pada pasien alopesia, sedangkan jarum yang lebih panjang diperlukan untuk perawatan terapeutik kondisi kulit lainnya.
Hipotesis utama yang bagaimana microneedling dapat mengobati berbagai kondisi dermatologis melibatkan proses penyembuhan luka pada kulit dan deposisi kolagen. Perlukaan kecil (mikro) yang disebabkan oleh microneedling memicu trombosit dan neutrofil untuk melepaskan faktor pertumbuhan seperti platelet-derived growth factor (PGF), transforming growth factors (TGF) alpha dan beta, connective tissue activating protein, connective tissue growth factor, dan fibroblast growth factor, yang mendorong perbaikan dan pertumbuhan struktur kulit baru. Luka mikro juga memicu vasodilatasi dan migrasi keratinosit dan fibroblas (menghasilkan kolagen) untuk menyembuhkan luka mikro. Terlepas dari etiologi pelepasan faktor pertumbuhan, studi microneedling telah mengungkapkan bahwa terjadi ekspresi matriks metalloproteinases, yang bertanggungjawab atas pengurangan perubahan warna dalam berbagai kondisi, seperti melasma, vitiligo, dan hiperpigmentasi periorbital.
Siklus pertumbuhan folikel rambut didefinisikan oleh 3 tahap: anagen, katagen, telogen, dan akhirnya rontok (eksogen). Pada pasien dengan AGA, folikel rambut mengalami miniaturisasi, menghasilkan serat rambut yang lebih pendek dan berkaliber lebih kecil yang lebih mirip dengan rambut vellus. Fase pertumbuhan dari folikel ini lebih pendek dan waktu antara eksogen dan anagen lebih lama, yang menyebabkan kepadatan rambut yang berkurang di area yang terkena. Penyebab miniaturisasi dan disregulasi ini adalah karena folikel-folikel tersebut lebih sensitif terhadap dihidrotestosteron (DHT), metabolit dari androgen testosteron. Sel-sel papila dermal (DP) di folikel rambut yang sensitif terhadap DHT mengandung tingkat reseptor androgen (AR) yang lebih tinggi daripada folikel rambut normal. Ketika DHT mengikat AR yang meningkat, DP menghasilkan lebih banyak dickkopf 1 (DKK-1), yang menghambat protein Wnt tertentu, sehingga mengganggu komunikasi DP dengan HFSCs.
Microneedling ditemukan dapat meningkatkan ekspresi protein Wnt yaitu Wnt3a dan Wnt10b dalam folikel rambut, sehingga mendorong diferensiasi HFSC menjadi berbagai jaringan folikel rambut dan regulasi siklus rambut yang tepat oleh DP. Microneedling juga memicu re-vaskularisasi kulit, yang dapat merangsang pertumbuhan rambut dengan memberikan nutrisi yang tepat ke folikel; mirip dengan cara minoxidil yang diyakini meningkatkan pertumbuhan rambut, dengan bertindak sebagai vasodilator. Minoxidil sering dipasangkan dengan microneedling, yang diberikan 24 jam setelah prosedur microneedling. Teori kedua menyatakan bahwa microneedling dapat meningkatkan efektivitas minoxidil dengan mengatur enzim sulfotransferase folikuler, yang mengubah minoxidil menjadi metabolit aktifnya, minoxidil sulfat.
Panjang microneedle dan jumlah pengulangan tampaknya berpengaruh pada pertumbuhan rambut. Studi pada tikus menunjukkan pertumbuhan rambut terbaik dengan jarum 0,25 dan 0,5 mm yang digulirkan di kulit dengan gerakan maju-mundur 10 kali. Sebagian besar efek samping dari perawatan microneedling bersifat sementara dan ringan, termasuk eritema, pinpoint bleeding, dermatitis seboroik, iritasi, gatal, reaksi granulomatosa, atau pembesaran kelenjar getah bening.
Kesimpulan:
Alopesia androgenetik (AGA) adalah bentuk kerontokan rambut yang paling umum. Pengobatan AGA yang disetujui FDA, seperti finasteride oral dan minoxidil topikal, memerlukan penggunaan terus-menerus dan memiliki efek samping. Microneedling muncul sebagai alternatif minimal invasif yang menjanjikan. Microneedling bekerja dengan menciptakan luka mikro yang memicu respons penyembuhan luka, meningkatkan ekspresi protein Wnt, dan re-vaskularisasi kulit, yang dapat merangsang pertumbuhan rambut. Microneedling menunjukkan potensi sebagai terapi efektif untuk AGA dan kondisi kulit lainnya, terutama jika dikombinasikan dengan terapi lain seperti minoxidil.
Gambar: Ilustrasi )Sumber: Freepik)
Referensi:
Lee D, Kim MJ, Park HJ, Rah GC, Choi H, Anh ST, et al. Current practices and perceived effectiveness of polynucleotides for treatment of facial erythema by cosmetic physicians. Skin Res Technol. 2023;29(9):e13466.