Astaxanthin adalah karotenoid alami yang memiliki karakteristik struktural dan fungsional, senyawa bioaktif yang menjanjikan dalam pencegahan beberapa penyakit. Astaxanthin termasuk dalam kelompok xantofil (derivatif oksigen dari karotenoid) dan sangat umum ditemukan di lingkungan laut. Penggunaan astaxanthin di bidang medis bertujuan meningkatkan status kesehatan. Astaxanthin menunjukkan efek positif yang beragam, termasuk aktivitas antikanker, antidiabetes, antiinflamasi, dan antioksidan, serta perlindungan untuk kulit, sistem saraf, dan kardiovaskular.
Masalah Retinal
Age-related macular degeneration merupakan penyebab utama hilangnya penglihatan pada individu dewasa di negara maju. Degenerasi makula secara bertahap menyebabkan hilangnya penglihatan dan secara signifikan memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pasien. Studi oleh Otzuka menginvestigasi efek perlindungan astaxanthin 100 mg/kg terhadap kerusakan retina. Astaxanthin secara bersamaan mengurangi stres oksidatif seluler seperti yang ditunjukkan oleh penurunan kadar 8-hidroksi-deoksiguanosin (8-OHdG).
Efek neuroprotektif astaxanthin dapat digunakan pada kasus glaukoma, di mana peningkatan tekanan intraokular (IOP) menyebabkan deformasi lamina cribrosa dan gangguan aliran darah yang menyebabkan kerusakan serabut saraf dan apoptosis sel ganglion retina. Secara keseluruhan, perlu terapi neuroprotektif untuk glaukoma. Astaxanthin menghambat sekresi IL, TNF-α, intercellular adhesion molecule (ICAM1), dan monocyte chemoattractant protein (MCP-1), serta menstabilkan radikal bebas. Selain itu, astaxanthin melawan apoptosis dengan memblokir p-ERk/ERK, sitokrom C, kaspase 3,9, dan rasio Bax2/Bcl2.
Uveitis
Uveitis adalah peradangan yang mengenai lapisan tengah mata, merupakan penyebab umum dari hilangnya penglihatan dan nyeri mata. Kerusakan pada blood–aqueous barrier dalam uveitis melibatkan infiltrasi seluler, peningkatan permeabilitas protein, serta peningkatan produksi sitokin dan kemokin seperti TNF-α, IL-6, MCP-1, dan MIP-1 di humor aqueous dan daerah uvea. Proses inflamasi ini selalu dikaitkan dengan peningkatan stres oksidatif. Studi oleh Ohgami menyatakan astaxanthin menekan proses uveitis yang diinduksi secara eksperimental. Hasilnya, pemberian astaxanthin secara signifikan mengurangi produksi NO, PGE2, dan TNF-α dengan secara langsung menghambat aktivitas enzim NOS. Menariknya, efek antiinflamasi pada mata dari astaxanthin dosis 100 mg/kg setara dengan prednisolone dosis 10 mg/kg. Hasil serupa dilaporkan oleh Suzuki yang mengkonfirmasi efektivitas antiinflamasi, sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan infiltrasi sel, konsentrasi protein, dan tingkat sitokin dalam humor aqueous pada model mencit uveitis.
Katarak
Katarak terbentuk akibat kekeruhan pada lensa alami mata, yang mengakibatkan penurunan ketajaman visual. Pada model eksperimental katarak yang diinduksi oleh steroid, pemberian astaxanthin secara efisien mencegah kekeruhan lensa dan secara signifikan mengembalikan kadar glutathion, menunjukkan aktivitas antioksidan sebagai mekanisme utama yang terlibat dalam pencegahan katarak. Selain itu, studi terbaru menunjukkan bahwa suplementasi astaxanthin memperlambat perkembangan dan progresi katarak metabolik dengan menghambat stres oksidatif pada model mencit diabetes.
Masalah Kornea dan Konjungtiva
Permukaan mata, terutama kornea dan konjungtiva, selalu terpapar sinar matahari, termasuk sinar UV, yang diketahui sebagai faktor penyebab stres oksidatif dalam sistem biologis. Dilakukan studi untuk membandingkan efek suplemen antioksidan yang mengandung anthocyanosides, astaxanthin, vitamin A, C, E, dan beberapa ekstrak herbal dengan plasebo pada pasien yang menderita penyakit mata kering. Pemberian suplementasi berlangsung selama 8 minggu dan pasien diikuti setiap 4 minggu selama 16 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi mikronutrien secara oral secara signifikan meningkatkan produksi dan stabilitas air mata, sehingga menghasilkan perbaikan yang signifikan gejala.
Asthenopia
Asthenopia atau mata lelah, adalah kondisi umum yang terjadi dengan gejala nonspesifik termasuk ketidaknyamanan, air mata berlebihan, penglihatan kabur, sensitivitas terhadap cahaya, dan dalam kasus yang lebih parah, dapat ditemukan nyeri. Astaxanthin dapat meredakan mata lelah pada orang yang menggunakan komputer, terbukti pada studi Nagaki dan kolega. Subjek yang menerima astaxanthin mengalami perbaikan yang signifikan dari kelelahan mata dibandingkan dengan kelompok plasebo. Selain itu, dilaporkan bahwa pada individu berusia di atas 40 tahun yang mendapatkan astaxanthin dengan dosis 4 atau 12 mg sekali sehari selama 28 hari, ketajaman visual secara signifikan meningkat.
Kesimpulan:
Efektivitas astaxanthin dalam pengobatan penyakit retina, gangguan kornea dan konjungtiva, uveitis, katarak, dan astenopia telah dilaporkan dalam berbagai studi pada hewan dan manusia. Studi menunjukkan kemampuan astaxanthin dalam memodulasi jalur-jalur metabolik yang berbeda dan mengembalikan keseimbangan homeostasis seluler, yang memberikan manfaat terapeutik.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
Giannaccare G, Pellegrini M, Senni C, Bernabei F, Scorcia V, Cicero AFG. Clinical applications of astaxanthin in the treatment of ocular diseases: Emerging insights. Mar Drugs. 2020;18(5):239.