Mikrobiota normal pada orang dewasa didominasi oleh Firmicutes, termasuk Lactobacillales dan Clostridiales, sedangkan pada anak usia di bawah 1 tahun didominasi oleh Actinobacteria, termasuk Bifidobacteriales. Proporsi Actinobacteria menurun ketika mulai proses makan/ weaning, komposisi mikrobiota akan berubah dan menyerupai mikrobiota dewasa pada usia 3 tahun. Dari studi, pemberian probiotik Bifidobacterium lactis (1x106/mL CFU) selama 3 bulan secara signifikan menunjukkan perbaikan gejala pada anak dengan riwayat alergi makanan.
Hubungan antara disbiosis (ketidakseimbangan mikrobiota di usus) dan penyakit alergi masih terus diteliti dan dikembangkan. Namun, meningkatnya prevalensi penyakit alergi dan autoimun di seluruh dunia disebabkan oleh faktor risiko yang sama dengan yang mempengaruhi terjadinya disbiosis, antara lain hipotesis higiene, metode persalinan, dan penggunaan antibiotik. Jika terjadi disbiosis pada fase awal kehidupan yang bertahan sampai fase dewasa, maka kondisi ini berkaitan dengan berkembangnya beberapa penyakit, seperti penyakit alergi, inflammatory bowel disease (IBD), irritable bowel syndrome (IBS), necrotizing enterocolitis, diabetes, obesitas, penyakit jantung, gangguan spektrum autisme, dan kematian mendadak pada bayi.1
Prevalensi terhadap alergi makanan meningkat secara signifikan pada populasi anak. Alergen makanan adalah penyebab utama, 38% alergi makanan disebabkan oleh crustacea/hewan bercangkang, di mana >50% disebabkan oleh udang. Mekanisme alergi ini diinduksi oleh ketidakseimbangan Treg dan Th17 dalam subset limfosit T yang berkontribusi pada respons alergi. Th17 menghasilkan IL-17A yang merupakan faktor penting pada infeksi patogen, IL-23 adalah sitokin lain yang berkaitan dengan sel Th17, sehingga IL-17 dan IL-23 dapat mempengaruhi keseimbangan Th17/sel Treg. Ketika terjadi reaksi alergi makanan, maka tercetus respons imun yang menginduksi Th17 dan reaksi inflamasi lain berupa sitokin (IL-17, IL-6 dan IL-23) akan dilepaskan.
Probiotik, dengan mikroorganisme aktif yang menguntungkan host terbukti meningkatkan imunitas dengan menghasilkan asam lemak rantai pendek, polisakarida, serta komponen peptidoglikan dan asam lipoteikoik. Bifidobacterium lactis adalah probiotik utama yang terdapat pada yogurt dan telah terbukti meningkatkan sistem imun dengan meningkatkan fungsi sel NK dan level IFN-gamma. B. lactis dapat meregulasi komponen mikrobiota usus, memperbaiki risiko alergi makanan dan homeostasis imunitas usus. Namun, mekanismenya masih belum dapat dijelaskan secara pasti. Studi menunjukkan efek terapeutik B. lactis terhadap reaksi alergi pada anak, persentase Treg, sel Th17, dan sitokin lainnya dalam pencegahan alergi makanan.
Studi yang dilakukan oleh Qingbin, et al, tahun 2018 mempelajari lebih lanjut efek terapeutik Bifidobacterium lactis pada alergi makanan dengan persentase Treg dan Th17 pada anak ras oriental dan mekanismenya. Total sampel 256 anak dengan alergi makanan dibagi ke dalam 2 grup, yaitu BG dan CG. Grup BG diberikan intervensi 10 mL B. lactis (1x106/mL) setiap hari. Grup CG diberikan intervensi cairan tanpa B. lactis kemudian di evaluasi selama 3 bulan. Gejala alergi, serum IgE, dan antigen makanan spesifik IgE kemudian diukur.
Hasil yang didapatkan adalah pada grup BG ditemukan penurunan nilai dari gejala alergi jika dibandingkan dengan CG (p < 0,05). Setelah dievaluasi 3 bulan, efek terapeutik terhadap gejala alergi tetap stabil dan terdapat perbedaan signifikan antara BG dan CG (p < 0,05). Tingkat kemerahan, skoring eksema, nyeri perut/skala nyeri, dan muntah secara signifkan menurun setelah konsumsi B. lactis jangka panjang (p < 0,05). Serum IgE juga menurun secara signifikan pada konsumsi B. lactis jangka panjang (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian B. lactis secara efektif memperbaiki efek alergi, baik dari gejala maupun menurunkan kadar serum IgE pada anak dengan alergi makanan
Hasil lain juga menunjukkan bahwa konsumsi B. lactis meningkatkan persentase sel Treg dan menurunkan persentase Th17. Sebelum pemberian probiotik, perbedaan statistik antara persentase Treg dan Th17 serta ratio Treg/Th17 tidak signifikan pada kedua grup (p > 0,05). Namun, setelah konsumsi probiotik B. lactis selama 3 bulan, terjadi peningkatan persentase sel Treg dan penurunan Th17 serta ratio Treg/Th17.
Kesimpulan:
Ketidakseimbangan mikrobiota usus atau disebut disbiosis pada anak berkaitan erat dengan kemungkinan terjadinya penyakit alergi di kemudian hari. Pemberian probiotik 10 mL Bifidobacterium lactis (1x106/mL CFU) selama 3 bulan secara signifikan meningkatkan persentase Treg dan menurunkan persentase Th17, serta menurunkan kadar serum IgE dan menunjukkan perbaikan gejala pada anak dengan riwayat alergi makanan.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: freepik)
Referensi:
1. Akagawa S, Kaneko K. Gut microbiota and allergic diseases in children. Allergol Int. 2022;71(3):301-9. doi: 10.1016/j.alit.2022.02.004.
2.Liu Q, Jing W, Wang W. Bifidobacterium lactis ameliorates the risk of food allergy in Chinese children by affecting relative percentage of Treg and Th17 cells. Can J Infect Dis Med Microbiol. 2018;2018:4561038. doi: 10.1155/2018/4561038.