Detail Article

KONIKA XIX Semarang-Solo 2024 Break Symposium Highlights

dr. Reza Adrian
Nov 12
Share this article
3bff1e3f7414156092a9576f80fe5624.jpg
Updated 14/Nov/2024 .

Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD), merupakan salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat di Indonesia, khususnya pada anak-anak usia dini. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 10,91% penduduk Indonesia adalah anak-anak usia dini, kelompok yang sangat rentan terhadap HFMD​.1 Pada awal tahun 2024, Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 6.500 kasus HFMD terjadi di Indonesia antara Januari hingga Maret​.1


Peningkatan Kasus Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) dan Pentingnya Pencegahan

Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD), merupakan salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat di Indonesia, khususnya pada anak-anak usia dini. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 10,91% penduduk Indonesia adalah anak-anak usia dini, kelompok yang sangat rentan terhadap HFMD​.1 Pada awal tahun 2024, Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 6.500 kasus HFMD terjadi di Indonesia antara Januari hingga Maret​.1

Provinsi Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah, merupakan area dengan penyebaran kasus HFMD yang tinggi.1 Tingginya mobilitas masyarakat selama liburan dan musim pancaroba dianggap sebagai faktor utama lonjakan kasus​.1 Kerumunan yang terjadi selama momen liburan, ditambah dengan perubahan cuaca, meningkatkan risiko penularan penyakit ini, terutama pada anak-anak yang memiliki sistem imun yang belum sepenuhnya berkembang.1

 

KONIKA XIX Semarang-Solo 2024 - “Ensuring Equal Access of Childcare in The Era of Society 5.02

Pembahasan mengenai HFMD juga menjadi salah satu topik pada Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XIX yang diadakan di Semarang dan Solo pada tahun 2024. Salah satu sesi penting dalam acara tersebut adalah simposium berjudul "Overview of Fatal Case of HFMD: From Management to Prevention" dibawakan oleh dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), darj Divisi Infeksi Penyakit Tropis Pediatrik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan dimoderasi oleh Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), seorang pakar dalam bidang infeksi dan imunisasi.

 

Virologi Penyebab HFMD

Dalam simposium tersebut, Dr. Nina menjelaskan bahwa HFMD bukanlah penyakit baru bagi para dokter anak di Indonesia, namun banyak aspek dari perjalanan penyakit ini yang masih perlu dipahami lebih dalam.2 Prof. Sri menekankan bahwa HFMD seringkali salah disebut sebagai Flu Singapura, padahal penyebabnya bukan influenza virus​.2 HFMD disebabkan oleh kelompok virus dari Picornaviridae family dengan genus Enterovirus.3 Spesies dari genus Enterovirus yang menginfeksi manusia masuk dalam katergori Human Enterovirus, contohnya Poliovirus.3 Human Enterovirus yang menjadi penyebab HFMD tergolong dalam kelompok Non-Polio Enteroviruses (NPEVs), antara lain Enterovirus 71 (EV71), Coxsackievirus A16 (CA16), dan Echovirus.3

Enterovirus 71 (EV71) dan Coxsackievirus A16 (CA16) merupakan kedua NPEVs yang menjadi patogen penting untuk research dan development oleh World Health Organization (WHO) karena berpotensi menimbulkan endemi atau pandemi karena daya penularan yang tinggi serta angka Disability-Adjusted Life Years (DALY) yang signifikan setiap tahunnya.4 Oleh karena itu, pemahaman mengenai R-naught (R0) dan DALY dari HFMD menjadi krusial dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini.2

 

Basic Reproduction Number/R-naught (R0) dan Disability-Adjusted Life Years (DALY) HFMD

Basic Reproduction Number atau R-naught (R0) menjadi parameter penting dalam memahami penularan penyakit infeksi, karena menunjukkan jumlah rata-rata individu yang dapat tertular dari satu kasus pada suatu populasi.5,6 Semakin tinggi nilai R0, semakin besar cakupan imunisasi yang diperlukan untuk mencapai kekebalan kelompok, yang berperan penting dalam mengendalikan potensi wabah.5,6

HFMD yang disebabkan oleh EV71 (Grafik 1) memiliki nilai R0 sebesar 12,6 (7.35, 25.4), menunjukkan tingkat penularan yang tinggi, terutama di lingkungan tertutup, dengan masa inkubasi sekitar 5 hari.5 Sebagai perbandingan, R0 campak berkisar antara 12 hingga 18, yang juga memiliki penyebaran yang sangat cepat dalam populasi.6


Disability-Adjusted Life Years (DALY) mengukur total beban penyakit dengan menggabungkan Tahun Hidup yang Hilang akibat Kematian Dini (Years of Life Lost - YLL) dan Tahun Hidup dengan Disabilitas (Years Lived with Disability - YLD).7,8 Dalam konteks HFMD, estimasi DALY mencapai 96.900 per tahun di delapan negara dengan beban tinggi di Asia Timur dan Tenggara, terutama disebabkan oleh YLL (Tabel 1).9

 


Tanda dan Gejala HFMD Berat

 

Spektrum gejala HFMD bervariasi, gejala ringan seperti demam, nyeri tenggorokkan, sariawan pada rongga mulut, ruam kulit pada tangan, kaki, dan mulut.10 Dapat terjadi komplikasi serius pada HFMD berat yang disebabkan oleh EV71 seperti meningitis, miokarditis, dan ensefalitis.11,12 Tanda-tanda HFMD berat pada anak di bawah tiga tahun yang dapat diwaspadai adalah:11,12

·        Demam persisten (suhu >39°C yang sulit turun dengan antipiretik),

·        Gangguan sistem saraf seperti sakit kepala, muntah, letargi, tremor, atau sulit mempertahankan postur.

·        Frekuensi, irama dan laju napas abnormal.

·        Gangguan sirkulasi,

·        Peningkatan jumlah sel darah putih

·        Kadar glukosa darah dan asam laktat darah meningkat.

Dengan memahami potensi HFMD menjadi endemik atau pandemik serta komplikasi yang dapat ditimbulkan, terutama oleh Enterovirus 71 yang memiliki case fatality rate yang tinggi, kita dapat memperkuat strategi pencegahan. Edukasi, perilaku hidup sehat, imunisasi, dan surveilans yang lebih baik merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kasus dan mengurangi beban penyakit ini.

 

Pencegahan dan Vaksinasi EV71

World Health Organization merekomendasikan langkah-langkah pencegahan yang komprehensif, seperti menjaga kebersihan tangan, mengisolasi anak yang terinfeksi, dan meningkatkan pengawasan epidemiologi.2 Namun, salah satu solusi yang juga bisa dilakukan adalah vaksinasi. Di Indonesia, vaksin EV71 kini telah tersedia dan disetujui oleh BPOM. Vaksin ini merupakan vaksin inactivated dan dapat mencegah hospitalisasi dan kematian akibat HFMD yang spesifik disebabkan oleh EV71​.2

 

Vaksin EV71 berasal dari virus Enterovirus tipe 71 (strain EV71 H07) yang dikultur dalam sel ginjal African green monkey (vero cells). Vaksin ini diberikan dalam dua dosis dengan interval satu bulan, dan diindikasikan untuk anak-anak berusia 6 bulan hingga 3 tahun. Uji klinis vaksin EV71 menunjukkan efikasi sebesar 94,8% dalam mencegah penyakit HFMD yang disebabkan oleh EV71, dan 100% efektif dalam mencegah komplikasi neurologis yang menyebabkan kematian dan rawat inap​.13 Reaksi sistemik yang paling umum akibat vaksin ini adalah demam, diare, dan penurunan nafsu makan. Sementara itu, reaksi umum di area injeksi meliputi kemerahan, indurasi, dan nyeri. Semua adverse reactions tersebut dilaporkan dalam 7 hari setelah vaksinasi dan umumnya bersifat ringan dengan total insiden sebesar 1.079%.14,15

 

Tantangan Pengawasan dan Diagnostik HFMD di Indonesia2

Salah satu tantangan dalam pengendalian HFMD di Indonesia adalah keterbatasan akses pada diagnosis cepat. Dr. Nina menjelaskan bahwa banyak kasus HFMD yang tidak terdiagnosis dengan baik karena minimnya fasilitas Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi enterovirus di daerah-daerah​. Selain itu, banyak kasus berat yang terlewat karena diagnosis dan penanganannya terlambat, seperti dalam kasus seorang pasien yang mengalami komplikasi ensefalitis dan gagal jantung akibat infeksi EV71​. Hal ini menunjukkan pentingnya penguatan sistem surveilans untuk memetakan penyebaran HFMD secara lebih akurat di Indonesia​.

 

Kesimpulan

HFMD adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah lima tahun. Meskipun mayoritas kasusnya ringan, komplikasi yang disebabkan oleh EV71 memiliki case fatality rate yang tinggi. Vaksinasi menjadi salah satu langkah efektif dalam menurunkan angka kejadian HFMD yang fatal, seperti yang telah terbukti digunakan di negara lain​.

Diskusi pada KONIKA XIX menyoroti pentingnya surveillance terhadap kelompok enterovirus, khususnya EV71, dan perlunya peningkatan diagnostik di berbagai daerah di Indonesia. Dengan penguatan langkah-langkah pencegahan, peningkatan kesadaran, dan vaksinasi, diharapkan Indonesia dapat mengurangi beban HFMD di masa mendatang​.

 

 

 

 

References:

1.     DPR RI. Info Singkat. 2024 Apr [cited 2024 Oct 24]. Available from: https://berkas.dpr.go.id/pusaka/files/info_singkat/Info%20Singkat-XVI-8-II-P3DI-April-2024-1957.pdf

2.     Putri ND. Overview of Fatal Case of HFMD: From Management to Prevention. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XIX (KONIKA XIX); 2024 Sep 29; Semarang-Solo, Indonesia. Indonesian Pediatric Society.

3.     Solomon T, Lewthwaite P, Perera D, Cardosa MJ, McMinn P, Ooi MH. Virology, epidemiology, pathogenesis, and control of enterovirus 71. Lancet Infect Dis. 2010;10(11):778-90.

4.     World Health Organization. Prioritization of pathogens to guide discovery, research and development of new antibiotics for drug-resistant bacterial infections, including tuberculosis [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2017 [cited 2024 Oct 25]. Available from: https://cdn.who.int/media/docs/default-source/consultation-rdb/prioritization-pathogens-v6final.pdf?sfvrsn=c98effa7_7&download=true

5.     Zhang Z, Liu Y, Liu F, Ren M, Nie T, Cui J, Chang Z, Li Z. Basic reproduction number of Enterovirus 71 and Coxsackievirus A16 and A6: evidence from outbreaks of hand, foot, and mouth disease in China between 2011 and 2018. Clin Infect Dis. 2021 Nov 2;73(9). doi: 10.1093/cid/ciaa1853. PMID: 33320199.

6.     Guerra FM, Bolotin S, Lim G, Heffernan JM, Deeks SL, Li Y, et al. The basic reproduction number (R0) of measles: a systematic review. Lancet Infect Dis. 2017;17(12).

7.     Murray CJ, Acharya AK. Understanding DALYs (disability-adjusted life years). J Health Econ. 1997 Dec;16(6):703-30. doi: 10.1016/s0167-6296(97)00004-0. PMID: 10176780.

8.     Kim YE, Jung YS, Ock M, Yoon SJ. DALY Estimation Approaches: Understanding and Using the Incidence-based Approach and the Prevalence-based Approach. J Prev Med Public Health. 2022 Jan;55(1):10-18. doi: 10.3961/jpmph.21.597. Epub 2022 Jan 19. PMID: 35135044; PMCID: PMC8841194.

9.     Koh WM, Badaruddin H, La H, et al. Severity and burden of hand, foot, and mouth disease in Asia: a modelling study. BMJ Glob Health. 2018;3(1).

10. Guerra AM, Orille E, Waseem M. Hand, foot, and mouth disease. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan–. [Updated 2023 Mar 4]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431082/.

11. Zhu P, Ji W, Li D, Li Z, Chen Y, Dai B, et al. Current status of hand-foot-and-mouth disease. J Biomed Sci. 2023 Feb 24;30(1):15. doi: 10.1186/s12929-023-00908-4. PMID: 36829162; PMCID: PMC9951172.

12. Li XW, Ni X, Qian SY, Wang Q, Jiang RM, Xu WB, et al. Chinese guidelines for the diagnosis and treatment of hand, foot and mouth disease (2018 edition). World J Pediatr. 2018 Oct;14(5):437-447. doi: 10.1007/s12519-018-0189-8. Epub 2018 Oct 3. PMID: 30280313.

13. Zhu F, Xu W, Xia J, et al. Efficacy, safety, and immunogenicity of an enterovirus 71 vaccine in China. N Engl J Med. 2014;370(9):818-828.

14. Zhang L, Sun X, Wang L, et al. Immunogenicity and safety of inactivated enterovirus 71 vaccine in children aged 36-71 months: a double-blind, randomized, controlled, non-inferiority phase III trial. J Pediatric Infect Dis Soc. 2021;10(4):440-447. doi:10.1093/jpids/piaa129.

15. Zeng Ji, Tang Tian, ​​Wang Yijun, et al. Post-marketing multi-center safety study of enterovirus A71 inactivated vaccine (Vero cells) [J]. Chinese Journal of Preventive Medicine, 2019, 53(3):252-257.


Share this article
Related Articles