Detail Article

Kombinasi Pregabalin dengan Morphine untuk Meredakan Nyeri pada Pasien Kanker Pankreas

dr. Allen
Des 21
Share this article
13bd89bd4f778b15b98d562542ad9fc0.jpg
Updated 20/Des/2022 .

Nyeri merupakan salah satu komplikasi umum yang terjadi pada pasien kanker, dengan prevalensi sekitar 50% pada stadium awal dan 75% pada stadium lanjut. Pada nyeri kanker pankreas, analgesik opioid digunakan untuk meredakan nyeri. Namun, peningkatan dosis terus-menerus untuk mempertahankan efektivitas analgesik menyebabkan nyeri kanker pankreas merupakan salah satu nyeri yang sulit ditangani.



Salah satu cara untuk mengurangi dosis dan meminimalkan efek samping obat opioid pada manajemen nyeri kanker kronis adalah dengan menggunakan analgesia multimodal. Cara ini menggabungkan obat opioid dengan berbagai analgesik yang memiliki mekanisme yang berbeda seperti steroid hormon, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), antidepresan, dan antikonvulsan.

 

Pregabalin adalah antikonvulsan yang telah disetujui untuk pengobatan nyeri neuropatik. Penelitian sebelumnya menyatakan penggunaan pregabalin perioperatif dapat menghasilkan skor nyeri yang lebih rendah dengan dosis obat opioid yang lebih sedikit. Hal ini memungkinan pregabalin juga bermanfaat bagi pasien dengan nyeri kanker.

 

Untuk menyelidiki kemanjuran dan tolerabilitas pregabalin pada pasien dengan nyeri kanker pankreas, dilakukan penelitian retrospektif selama terhadap 240 pasien kanker pankreas yang terdiri dari kelompok kombinasi (pregabalin + morphine; n=120) dan monoterapi (morphine; n=120) dalam waktu 4 minggu. Studi ini menilai derajat nyeri menggunakan numerical rating scale (NRS), dosis morphine, serangan nyeri mendadak, gangguan fungsi akibat nyeri (brief pain inventory/BPI), dan hospital anxiety and depression scale (HADS).

 

Kedua kelompok mendapat tablet morphine sustained release setiap 12 jam yang dapat dititrasi sesuai kebutuhan pasien, sedangkan kelompok kombinasi mendapat tambahan kapsul pregabalin 75 mg 2 kali sehari. Morphine immediate release dapat diberikan sebagai tambahan terapi pada pasien yang mendapat serangan nyeri yang mendadak. Hasil penilaian derajat nyeri dan dosis morphine dapat dilihat pada tabel.


 


Hasil penelitian setelah 4 minggu menunjukkan penurunan skala nyeri yang serupa pada kedua kelompok, yaitu 2,4 ± 0,9 pada kelompok kombinasi dan 2,6 ± 0,9 pada kelompok monoterapi (p = 0,184). Namun, dosis harian rata-rata morphine yang digunakan oleh kelompok kombinasi lebih rendah secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok monoterapi (39,5 ± 16,0 mg vs 61,5 ± 19,3 mg; p <0,001).

 

Tidak ada perbedaan jumlah serangan dan tingkat keparahan penyakit yang bermakna di antara kedua kelompok terapi. Namun, pasien yang menerima terapi kombinasi mengalami penurunan durasi nyeri yang signifikan bila dibandingkan dengan pasien pada kelompok monoterapi (p <0,001). Selain itu, tidak terdapat perbedaan bermakna pada keparahan nyeri BPI (p = 0,813). Namun, penurunan total gangguan nyeri BPI pada kelompok kombinasi lebih besar secara signifikan bila dibandingkan kelompok monoterapi (12,0 vs 9,8; p <0,001). Penurunan skor HADS juga lebih besar secara signifikan pada kelompok kombinasi bila dibandingkan kelompok monoterapi (4,3 vs 2,7; p = 0,004). Pasien kelompok terapi kombinasi memiliki insiden AE yang lebih tinggi secara signifikan (p = 0,001), yaitu gangguan kognitif (p = 0,002), mengantuk (p = 0,001), dan pusing (p < 0,001). Tidak ada efek samping yang serius termasuk angioedema, kejang, penurunan tingkat kesadaran, depresi pernapasan, atau peningkatan risiko bunuh diri yang dilaporkan.

 

Simpulan:

Terapi kombinasi dengan pregabalin dapat menurunkan dosis pemberian morphine, namun tetap memberikan efek analgesik yang serupa dengan pemberian monoterapi morphine dosis tinggi. Penggunaan terapi kombinasi juga dapat menurunkan lama durasi nyeri. Walaupun terdapat AE yang bermakna pada kelompok kombinasi seperti pusing, mengantuk, dan gangguan kognitif, namun tidak ada efek samping yang serius. Melalui penelitian ini, pregabalin dapat direkomendasikan untuk digunakan sebagai analgesia multimodal yang diberikan bersama dengan morphine pada pasien kanker pankreas.

 


Gambar: Ilustrasi (Sumber: rawpixel - Freepik)

Referensi:

Dai J, Teng L, Zhao L, Zou H. The combined analgesic effect of pregabalin and morphine in the treatment of pancreatic cancer pain, a retrospective study. Cancer Med. 2021;10(5):1738-44. doi: 10.1002/cam4.3779.


Share this article
Related Articles
Related Products
2f79dc715110cebf3986922eacb92d92.jpg
a5640f2d160737a25576f7a53b23aaec.jpg
08cf4cd226d57810b77ab5090c684957.jpg
b008b13efa8d5c1ab25cba117a555fb5.jpg
94dac778b73337051aa80d608c2b6080.jpg
158a5923cc0af0ead735fbd268dbaf0a.jpg
09398813888303dfaefa623ae2a4a24e.jpg
530f20513fead3434b06bf12725f7bac.jpg
789e32f654ec20c2b130ecff437e5c38.jpg
eea9ef01f2b3ef28b2a750315afddb68.jpg