Detail Article

Kerja Botulinum Toxin Tipe A pada Otot Sternocleidomastoid

dr. Della Sulamita
Okt 05
Share this article
edc5d0aaa9e521a4c2d78b685e8c113f.JPG
Updated 05/Okt/2022 .

Otot sternocleidomastoid adalah salah satu otot penting yang bekerja pada leher dan kepala, yang bertanggungjawab untuk postur leher, rotasi, inklinasi, dan ekstensi, serta merupakan tempat inervasi pleksus cervical dan nervus accessory, serta cabang arteri tiroid superior, arteri oksipital, dan vena jugularis eksternal. Studi eksperimental pada hewan yang dilakukan oleh dr. Vampertzis dan kolega mendapatkan bahwa penyuntikan BoNTA dengan dosis 4 IU pada tikus wistar menyebabkan kelumpuhan total otot sternocleidomastoid.

Keadaan patologis pada otot sternocleidomastoid berkaitan dengan kondisi seperti torticollis dan distonia cervical yang membutuhkan terapi seperti fisioterapi konservatif, atau intervensi operasi.

Penggunaan botulinum toxin (BoNTA) pada otot sternocleidomastoid diteliti dapat meredakan atau menjadi terapi torticollis (kondisi puntiran pada kepala dan leher yang disebabkan oleh otot leher yang memendek). BoNTA sudah diteliti menjadi salah satu terapi dan bermanfaat dalam bidang kesehatan sejak 40 tahun terakhir. Efek paralisis otot pada otot skeletal dapat digunakan untuk kasus hiperkontraksi, seperti blepharospasm, dystonia, dan spasticity.

 

Studi eksperimental pada hewan yang dilakukan oleh dr. Vampertzis dan kolega ingin mengevaluasi efektif dosis dari botulinum toxin tipe A yang digunakan pada kasus paralisis otot sternocleidomastoid. Studi dilakukan pada tikus albino wistar dewasa, jantan, sehat, berusia 4-6 bulan dengan berat 350-450 gram. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok, 2 kelompok masing-masing 3 tikus dan 2 kelompok masing-masing 2 tikus. Pada tikus terdapat 2 bagian sternocleidomastoid, yaitu superfisial pada bagian medial dan dalam pada bagian lateral. Setelah pemberian ketamine, dilakukan insisi pada keadaan steril dan diinjeksikan cairan (BoNTA/NaCl 0,9%). Injeksi dilakukan pada area otot paling tebal. Electromyography (EMG) dilakukan pada hari ke-0, 7, dan 28. 


Hasilnya:

- Seluruh tikus tidak ditemukan tanda-tanda postoperative discomfort, stres, atau nyeri

- Satu tikus kelompok 6 UI toxin, mati pada hari ke-3

- Hasil EMG pada hari ke-0, tidak ditemukan spontaneous electrical activity (SEA)

- Tikus yang diinjeksikan BoNTA semua menunjukkan kelumpuhan otot pada hari ke-7 dan ke-28, namun lebih lemah pada kelompok yang mendapatkan dosis 4 IU

- Pada kelompok 6 IU didapatkan kelumpuhan total hingga hari ke-28

- Dosis 4 IU menghasilkan paralisis yang kurang kuat, namun lebih aman pada studi ini


Kesimpulan:

Penyuntikan BoNTA dengan dosis 4 IU pada tikus wistar menyebabkan kelumpuhan total otot sternocleidomastoid, hal ini bisa menjadi salah satu stategi untuk membantu penyembuhan fraktur clavikula lebih cepat.

 


Gambar: Ilustrasi

Referensi:

(PDF) The action of botulinum toxin A on the sternocleidomastoid muscle: An experimental study on rats [Internet]. 2022 Feb [cited 2022 Aug 26]. Available from: https://www.researchgate.net/publication/358448673_The_Action_of_Botulinum_Toxin_A_on_the_Sternocleidomastoid_Muscle_An_Experimental_Study_on_Rats

Share this article
Related Articles