Detail Article

Kasus Rabies Meningkat, Ketahui Gejala dan Penanganannya

dr. Dita Arccinirmala
Jun 19
Share this article
3002e97293ab8782f9cdb7180da59094.jpg
Updated 23/Jun/2023 .

Belakangan ini kasus rabies mengalami peningkatan, bahkan beberapa kasus mengalami kematian. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti-rabies, dan 11 kasus kematian yang disebabkan oleh rabies, di mana 95% kasus rabies tersebut disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi. Saat ini ada 26 provinsi yang menjadi endemis rabies dan hanya 11 provinsi yang bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Infeksi ini ditularkan oleh hewan yang terinfeksi penyakit rabies. Hewan utama sebagai penyebab penyebaran rabies adalah anjing, kelelawar, kucing, dan kera. Di Indonesia, rabies atau yang dikenal dengan “penyakit anjing gila” masih menjadi salah satu masalah yang mengancam kesehatan masyarakat.

Rabies adalah penyakit menular akut, menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh Lyssavirus. Virus rabies bisa menular melalui air liur, gigitan atau cakaran, dan jilatan pada kulit yang luka oleh hewan yang terinfeksi rabies. Hewan yang berisiko tinggi tinggi untuk menularkan rabies umumnya adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak mendapatkan vaksin rabies.


Masa inkubasi virus rabies berkisar antara 4 - 12 minggu, setelah masa inkubasi orang yang tertular virus rabies akan mengalami gejala mirip flu, demam, otot melemah, kesemutan atau merasa terbakar di area gigitan, sakit atau nyeri kepala, mual dan muntah, merasa gelisah, bingung atau terancam tanpa ada penyebab, hiperaktif, halusinasi, insomnia atau gangguan tidur, kesulitan menelan ketika makan atau minum serta produksi air liur berlebih. Gejala rabies pada manusia berkembang secara bertahap dimulai dengan gejala awal yang mirip flu lalu berkembang menjadi gangguan neurologis yang parah. Meski bisa berakibat fatal, pasien tetap berpeluang sembuh jika segera diobati setelah terpapar virus rabies.


Sementara gejala hewan yang terkena rabies dapat dicirikan dengan karakter hewan menjadi ganas dan tidak patuh pada pemiliknya, tidak mampu menelan, lumpuh, mulut terbuka dan air liur keluar secara berlebihan, kemudian bersembunyi di tempat gelap dan sejuk, ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara kedua paha, kejang-kejang, dan dapat diikuti oleh kematian. Pada rabies asimtomatik hewan tidak memperlihatkan gejala sakit, namun tiba-tiba mati.


Pada seseorang yang digigit hewan penular rabies seperti anjing, penanganan luka yang dilakukan segera dapat efektif mencegah timbulnya gejala dan kematian, maka langkah pertolongan pertamanya antara lain:

1. Segera cuci luka gigitan dengan sabun/detergen pada air mengalir selama 15 menit, kemudian beri antiseptik.

2. Bawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan vaksin anti-rabies (VAR) dan serum anti-rabies (SAR) sesuai dengan indikasinya.


Di samping itu, penting untuk melakukan pencegahan terjadinya infeksi penyakit rabies. Tindakan pencegahan terinfeksi virus rabies adalah dengan mengurangi faktor-faktor risiko dengan cara:

1. Melakukan vaksinasi rabies pada hewan peliharaan

2. Mendapatkan vaksin rabies untuk diri sendiri

3. Menjaga kontak dari hewan yang berpotensi memiliki virus rabies

4. Menjaga hewan peliharaan agar tidak berinteraksi dengan hewan liar atau asing

5. Melaporkan ke petugas kesehatan apabila menemui seseorang atau hewan yang mempunyai gejala rabies

6. Cegah hewan-hewan lain yang berpotensi menyebarkan rabies masuk ke dalam rumah


Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, mengatakan perlu melibatkan komunitas pencinta hewan terutama pecinta anjing untuk bisa berperan dalam gerakan massal serentak untuk melakukan penyisiran terhadap hewan-hewan terutama anjing yang berpotensi menjadi rabies, baik di tingkat nasional maupun daerah. Paling utama saat ini adalah penanganan pada hewan pembawa rabies seperti anjing, kucing, dan kera. Dengan demikian, vaksinasi rabies pada populasi anjing dan kucing minimal 70% dapat dicapai, di mana saat ini baru 40%. Anjing dan kucing harus dipelihara dan jangan sampai ada hewan pembawa rabies berkeliaran.



Gambar: ilustrasi (Sumber: freepik)

Referensi:

1. Kementerian Kesehatan. Hingga April 2023 ada 11 kasus kematian karena rabies, segera ke faskes jika digigit anjing! [Internet]. 2023 Jun 03. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230602/3343156/hingga-april-2023-ada-11-kasus-kematian-karena-rabies-segera-ke-faskes-jika-digigit-anjing/

2. Kementerian Kesehatan. Mengenal penyakit rabies [Internet]. 2023 Jun 12. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2531/mengenal-penyakit-rabies

Share this article
Related Articles