Detail Article

Injeksi Botulinum Toxin pada Kasus Psoriasis Kuku, Apakah Efektif? Ini Studinya..

dr. Della Sulamita
Sep 18
Share this article
961a166c6ed1a53c3e2cf1ad40c0c681.jpg
Updated 18/Sep/2025 .

Psoriasis kuku ditemukan hingga 80% pada pasien psoriasis kulit. Psoriasis kuku dianggap sebagai kondisi yang menimbulkan beban fisik maupun emosional yang signifikan, sehingga berdampak pada kualitas hidup pasien. Dari penelitian didapatkan bahwa injeksi BoNT-A menjanjikan sebagai alternatif terapi.


Patogenesis psoriasis kuku hingga kini masih belum sepenuhnya dipahami. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi serabut saraf dan kadar neuropeptida, termasuk calcitonin gene-related peptide dan substance P pada kulit psoriatik. Ekspresi neuropeptida ini berpotensi berkontribusi pada terjadinya akantosis dan infiltrasi sel imun pada kulit psoriatik. Penggunaan toksin botulinum A (BoNT-A) menunjukkan hasil yang menjanjikan, baik pada model hewan maupun dalam uji klinis psoriasis kulit. BoNT-A terbukti efektif dalam memperbaiki akantosis dan menurunkan neuromodulator pada model tikus dengan dermatitis menyerupai psoriasis.

 

Sejumlah penelitian telah melaporkan efektivitas BoNT-A pada psoriasis tipe plak resisten ataupun psoriasis inversa. Baru-baru ini, dilaporkan dua kasus keberhasilan terapi psoriasis kuku setelah satu kali injeksi BoNT-A. Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi injeksi intralesi BoNT-A sebagai pendekatan terapi baru untuk psoriasis kuku. Penelitian ini merupakan uji prospektif, teracak, dengan kontrol intraindividu. Diagnosis psoriasis kuku ditegakkan secara klinis. Setiap peserta memiliki minimal 4 kuku jari tangan dengan psoriasis, dengan skor Nail Psoriasis Severity Index (NAPSI) minimal 3 poin per kuku. Individu dengan riwayat alergi terhadap produk toksin botulinum, vitamin D, kortikosteroid, protein susu sapi, atau lidokain dikeluarkan dari penelitian. 

 

Setiap pasien menjalani 4 modalitas terapi yang berbeda, yaitu BoNT-A, triamcinolone acetonide (TA), topikal vitamin D dan steroid, serta plasebo. Keempat kelompok terapi ini dipasangkan secara acak pada setiap kuku psoriatik dengan menggunakan program komputer. Pada kelompok BoNT-A, kuku psoriatik disuntikkan secara intralesi dengan BoNT-A sebesar 0,05 mL per titik (7,5 U per titik) pada minggu ke-0. Kelompok TA menerima injeksi intralesi TA (10 mg/mL) sebesar 0,05 mL per titik pada kuku psoriatik pada minggu ke-0 dan minggu ke-8. Peserta kelompok vitamin D dan steroid menggunakan salep topikal calcipotriol/betamethasone dipropionate sekali sehari pada kuku psoriatik selama 16 minggu. Sementara itu, pada kelompok plasebo, kuku tidak mendapatkan terapi apapun selama 24 minggu. Injeksi intralesi dilakukan dengan menggunakan teknik De Berker yang dimodifikasi. Jumlah titik injeksi bervariasi sesuai dengan lokasi lesi psoriasis.

 

Evaluator menilai skor Nail Psoriasis Severity Index (NAPSI) pada 4 kuku jari, diukur pada awal penelitian (minggu ke-0), minggu ke-8, minggu ke-16, dan minggu ke-24 menggunakan dermatoskop. Setiap kuku secara visual dibagi menjadi 4 kuadran dengan garis imajiner horizontal dan longitudinal. Setiap kuadran diberi skor untuk psoriasis matriks kuku, termasuk pitting, leukonikia, bintik merah pada lunula, dan kerusakan lempeng kuku (0–4), serta psoriasis dasar kuku, termasuk onikolisis, perdarahan serpihan, perubahan warna oil drop, dan hiperkeratosis dasar kuku (0–4). Jumlah total skor ini memberikan nilai NAPSI keseluruhan untuk setiap kuku (0–16). Selama setiap prosedur injeksi, peserta diminta menilai tingkat nyeri mereka pada skala 0 hingga 10 (0 = tanpa nyeri, 10 = nyeri paling hebat).

 

Hasilnya:

· Penelitian ini melibatkan 16 pasien dengan total 64 kuku psoriatik yang berhasil menyelesaikan tindak lanjut selama 24 minggu.

· Usia rata-rata pasien adalah 45 tahun (rentang 30–71 tahun). Lebih dari setengah partisipan adalah laki-laki. Semua partisipan memiliki psoriasis tipe plak, dengan skor rata-rata Psoriasis Area and Severity Index (PASI) sebesar 4,7 dan rata-rata durasi penyakit 11 tahun. Rata-rata indeks massa tubuh berada dalam kategori overweight.

· Pada awal penelitian, rata-rata skor target NAPSI sekitar 7,7. Tidak ada perbedaan bermakna di antara kelompok terapi yang diberikan. Pada minggu ke-16, ketiga regimen menunjukkan perbaikan kuku yang signifikan dibandingkan kondisi awal (p < 0,01). Setelah satu kali injeksi BoNT-A, total target NAPSI menurun secara bertahap hingga hampir 40% (p = 0,008). Dengan injeksi TA setiap 8 minggu, penurunan total target NAPSI mencapai 50% (p = 0,001), sementara kombinasi terapi topikal vitamin D dan steroid menunjukkan perubahan sekitar 30% (p = 0,003). Menariknya, pada tindak lanjut minggu ke-24, kelompok BoNT-A terus menunjukkan tren positif perbaikan kuku, sedangkan kelompok TA cenderung stabil. Namun demikian, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kelompok BoNT-A dan TA pada titik waktu manapun.

· Pada minggu ke-16 dan ke-24, ketiga pendekatan terapi menghasilkan penurunan signifikan pada skor target NAPSI dasar kuku (p < 0,05). Pada minggu ke-16, injeksi BoNT-A (p = 0,02) dan TA (p = 0,01) menunjukkan penurunan sekitar 40% pada skor target NAPSI dasar kuku. Menariknya, pada minggu ke-24 terdapat perbedaan signifikan pada perubahan dasar kuku antar semua terapi (p = 0,002). Perbaikan dasar kuku dapat mencapai hingga 60% setelah satu kali injeksi BoNT-A (p = 0,003), sementara hasil dengan injeksi TA tetap stabil sejak minggu ke-16. Perbedaan perubahan selama periode tindak lanjut ini signifikan antara regimen BoNT-A dan TA (p = 0,038).

· Tidak ada reaksi samping serius baik dari injeksi maupun terapi topikal yang dilaporkan sepanjang penelitian.

 

Kesimpulan:

Psoriasis kuku dialami hingga 80% pasien psoriasis kulit dan berdampak besar pada kualitas hidup, namun terapi yang ada masih terbatas. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa injeksi BoNT-A menjanjikan sebagai terapi alternatif baru untuk psoriasis kuku dengan perbaikan berkelanjutan meski hanya satu kali injeksi.

 

Gambar: Ilustrasi (Sumber: Gustavo Fring-Pexels)

Referensi:

Juntongjin P, Srisinlapakig S, Nitayavardhana S. Botulinum toxin injection shows promise in nail psoriasis: A comparative randomized controlled trial. JAAD Int. 2024 Sept 1;16:105–11. 


Share this article
Related Articles