Induksi anestesi merupakan aktivitas penting pada tindakan pembedahan, dan berpotensi menyebabkan terjadinya instabilitas hemodinamik, hipoksia, aritmia, dan rangsangan refleks. Oleh karenanya, proses induksi harus cepat untuk menghindari efek tersebut, khususnya pada pasien yang disertai dengan gangguan. Meskipun senyawa induksi yang ideal belum tersedia, berubahnya kebutuhan kearah yang ideal berdasarkan jenis pembedahan, kondisi patofisiologi pasien dan ketersediaan alat.
Propofol intravena merupakan pilihan obat untuk induksi anestesi dengan profil yang aman, relaksasi, depresi jalan napas dan bronkodilatasi yang ringan. Namun, propofol dapat menyebabkan efek samping seperti depresi kardiovaskuler yang memicu terjadinya instabilitas hemodinamik, nyeri tempat suntikan, tromboflebitis, dan depresi pernapasan.
Sevoflurane merupakan gas anestesi berhalogen, yang bersifat iritatif pada jalan napas, dengan efek hemodinamik yang lebih stabil dan aktivitas bronkodilator. Sevoflurane merupakan gas anestesi yang paling baik menginduksi dengan induksi dan pemulihan yang cepat. Akan tetapi, baik propofol maupun sevoflurane mempunyai keterbatasan. Oleh karenanya dibutuhkan penelitian untuk membandingkan efek dari keduanya dan dampaknya terhadap biaya sebagai induksi anestesi.
Berikut suatu penelitian prospektif, acak yang bertujuan untuk membandingkan propofol dengan sevoflurane sebagai induksi anestesi terhadap hemodinamik, penerimaan pasien, dan biaya. Metodenya adalah dengan mengumpulkan pasien yang akan menjalani pembedahan elektif dengan anestesi umum dan ASA I. Subjek yang memenuhi kriteria sebanyak 80 subjek yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok IV mendapatkan propofol 2 mg/kgBB (n=40) dan kelompok IH mendapatkan sevoflurane secara gradual (n=40). Kedua kelompok untuk anestesi pemeliharaannya dengan Sevoflurane 2% dalam nitrous oxide 67% dan O2.
Parameter yang dinilai adalah hemodinamik (denyut jantung, MAP) yang dimonitor setiap menit sampai dengan menit ke-5, penerimaan pasien (dengan menggunakan kuesioner), dan biaya yang dihitung dari kebutuhan anestesi. Kedua kelompok mempunyai karakter baseline yang sama. Hasilnya penurunan nilai MAP lebih besar pada kelompok IV dibandingkan dengan kelompok IH (28,48% vs 14,61%; p<0,05).
Penerimaan pasien pada kedua kelompok sama (p<0,05). Meskipun Sevoflurane lebih tidak nyaman dan Propofol nyeri pada saat disuntikkan, tetapi 90% pasien memilih Propofol jika diberikan ulang. Berdasarkan jumlah anestesi yang dikonsumsi dan biaya per unitnya menunjukkan biaya Propofol lebih tinggi dibandingkan dengan Sevoflurane.
Image: Ilustrasi (sumber: https://medshadow.org/)
Referensi: Dhande K, Kshirsagar J, Dhande A, Patil N, Parvati V. Hemodynamic Stability, Patient Acceptance and Cost of Intravenous Propofol and Inhalational Sevoflurane for Induction of Anaesthesia: A Prospective, Randomized Comparative Study. Cureus 2020;12(4):7687.