Detail Article

Efektivitas dan Keamanan PEG 3350 Lebih Baik Dibanding Laktulosa pada Konstipasi Fungsional Anak

dr. Josephine Herwita
Sep 21
Share this article
418e0c2d8a5adea5f0faa33ca6b15486.jpg
Updated 21/Sep/2022 .

Laksatif osmotik direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk konstipasi fungsional anak, termasuk polyethylene glycol (PEG) dan laktulosa. ESPGHAN dan NASPGHAN merekomendasikan penggunaan PEG 3350 sebagai tata laksana primer pada anak yang mengalami konstipasi dan laktulosa dapat digunakan apagila PEG tidak tersedia. 

PEG merupakan polimer larut air yang tidak dapat diserap, PEG mampu menghasilkan efek osmotik karena memiliki kemampuan pengikatan air yang tinggi, sehingga menyebabkan retensi cairan dan melunakkan feses tanpa perlu dimetabolisme oleh flora kolon. Laktulosa merupakan disakarida sintetis yang difermentasi oleh bakteri di kolon, sehingga dapat menurunkan pH kolon, meningkatkan volume feses, dan meningkatkan transit time kolon. Namun, penggunaan laktulosa dalam jangka panjang dapat menyebabkan perubahan flora kolon yang dapat menurunkan efikasi laktulosa. ESPGHAN (European Society for Paediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition) dan NASPGHAN (North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition) merekomendasikan penggunaan PEG 3350 sebagai tata laksana primer pada anak yang mengalami konstipasi dan laktulosa dapat digunakan apabila PEG tidak tersedia.

 

Mansour, dkk. (2022) melakukan sebuah studi klinis label terbuka terhadap anak usia 1–13 tahun yang mengalami konstipasi fungsional berdasarkan kriteria ROME IV. Partisipan kemudian dibagi menjadi kelompok PEG dan laktulosa. Kelompok PEG (n=21) diberikan PEG 3350 dengan dosis 0,8 g/kg/hari, sedangkan kelompok laktulosa (n=22) diberikan laktulosa 2 mL/kg/hari. Kedua intervensi diberikan selama 12 minggu secara oral dalam dua dosis terbagi, kemudian diturunkan dosisnya perlahan untuk menghindari penghentian obat tiba-tiba. Kesuksesan dinilai pada akhir minggu ke-12 dengan definisi frekuensi defekasi ≥ 3 kali/minggu dan perbaikan konsistensi feses tanpa nyeri saat defikasi, serta enkopresis ≤ 1 kali setiap 2 minggu.


Pada evaluasi minggu ke-12, keluaran klinis yang baik ditemukan pada 95% kelompok PEG dan 77,3% kelompok laktulosa (p=0,03). Peningkatan jumlah BAB per minggu lebih tinggi signifikan pada kelompok PEG (6,26 ± 0,5) dibanding laktulosa (4,94 ± 0,8; p=0,0001). Penurunan kejadian enkopresis (tidak dapat menahan buang air besar) juga signifikan lebih baik pada kelompok PEG (35% vs 10%; p=0,01). Kelompok PEG juga lebih baik dalam mencapai BAB yang tidak keras (5% vs 18,2%; p=0,1) dan defekasi tanpa nyeri (0% vs 22,7%).

 

Kejadian relaps atau kekambuhan ditemukan lebih tinggi pada kelompok laktulosa dibanding PEG pada pasien yang menghentikan obat tanpa penurunan dosis bertahap (5% vs 13,6%; p=0,04).

Selain efikasi yang lebih baik, keamanan juga ditemukan lebih baik pada kelompok PEG. Studi ini menyebutkan bahwa efek samping ditemukan lebih banyak signifikan pada kelompok laktulosa. Efek samping yang paling umum adalah nyeri perut (68,2% vs 25%) dan kembung (27,3% vs 0%). Namun, tidak dilaporkan adanya efek samping serius dari kedua kelompok.


Simpulan:

ESPGHAN dan NASPGHAN merekomendasikan penggunaan PEG 3350 sebagai tata laksana primer pada anak yang mengalami konstipasi dan laktulosa dapat digunakan apabila PEG tidak tersedia. Berdasarkan studi ini, dapat disimpulkan bahwa PEG 3350 memiliki efikasi dan keamanan lebih baik dibanding laktulosa sebagai tata laksana konstipasi fungsional anak.

 


Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)

Referensi:

Mansour HA, Ibrahim A, Mohammad A. Effectiveness of polyethylene glycol 3350 versus lactulose in management of functional constipation in children. International Journal of Pediatric Research. 2022;8(1). DOI: 10.23937/2469- 5769/1510089


Share this article
Related Articles