Detail Article

Calcitriol Menurunkan Risiko Fraktur Tulang Belakang pada Pasien HD

dr. Esther Kristiningrum
Agt 28
Share this article
83b43c49bf8dbc98c842ddedf31ba17b.jpg
Updated 30/Agt/2024 .

Fraktur dan kalsifikasi vaskular sering terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK), yang dikaitkan dengan gangguan metabolisme vitamin D, kalsium, fosfor, hormon paratiroid, dan fibroblast growth factor 23 (FGF23)/Klotho yang terjadi dengan PGK. Kalsifikasi vaskular juga sering dikaitkan dengan penurunan kepadatan mineral tulang (BMD). 


Dibandingkan dengan populasi umum, pasien yang menjalani hemodialisis (HD) memiliki risiko fraktur yang lebih tinggi, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Pasien-pasien ini juga menunjukkan prevalensi kalsifikasi vaskular yang lebih tinggi (hingga 60%-80%), yang dikaitkan dengan vintage HD yang lebih lama dan memprediksi risiko kematian kardiovaskular dan semua penyebab. Hubungan positif telah ditemukan antara fraktur tulang belakang/vertebra dan kalsifikasi vaskular dengan peningkatan risiko kematian lebih dari tiga kali lipat pada wanita yang menjalani HD. Oleh karena itu, mencegah timbulnya dan progresivitas fraktur vertebra dan kalsifikasi vaskular merupakan langkah penting dalam mengelola pasien PGK.


Suatu studi telah dilakukan untuk meneliti apakah terapi calcitriol aman dan dapat memengaruhi prevalensi fraktur dan progresivitas kalsifikasi vaskular pada pasien hemodialisis (HD). Studi ini menganalisis efektivitas komparatif dari studi VItamin K Italian (VIKI), sebuah studi cross-sectional yang melibatkan 387 pasien HD. Fraktur tulang belakang/vertebra dan kalsifikasi vaskular ditentukan dengan radiografi tulang belakang. Pengurangan >20% tinggi badan vertebra dianggap sebagai fraktur vertebra. Sedangkan kalsifikasi vaskular diukur dengan panjang lesi kalsifik di sepanjang arteri.


Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah pasien yang diterapi dengan calcitriol oral adalah 177 dari 387 pasien (45,7%). Prevalensi fraktur vertebra lebih rendah pada pasien yang mendapat calcitriol oral dibanding pasien yang tidak mendapat calcitriol (48,6% vs 61,0%, p=0,015), sedangkan kalsifikasi aorta dan iliaka sebanding (aorta: 81,9% vs 79,5%, p=0,552; iliaka: 52,0% vs 59,5%, p=0,167). Dalam analisis regresi logistik multivariabel, calcitriol oral dikaitkan dengan penurunan peluang fraktur sebesar 40,2% (OR 0,598; 95% CI 0,363–0,985; p=0,043).

 

Kesimpulan:

Dari hasil studi ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara calcitriol oral dan fraktur vertebra yang lebih rendah pada pasien HD tanpa peningkatan beban kalsifikasi vaskular. Karena adanya kaitan antara fraktur vertebra, kalsifikasi vaskular, dan penyakit kardiovaskular, maka studi ini menunjukkan bahwa strategi pencegahan fraktur vertebra dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian pada pasien HD. Studi prospektif dan intervensi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini.

 


Gambar: Ilustrasi (Sumber: racool studio-freepik)

Referensi:

Fusaro M, Cianciolo G, Tripepi G, Plebani M, Aghi A, Politi C, et al. Oral calcitriol use, vertebral fractures, and vitamin K in hemodialysis patients: A cross-sectional study. JBMR 2021;36(12):2361-70. DOI: 10.1002/jbmr.4440.


Share this article
Related Articles