
Cedera yang diakibatkan oleh infeksi COVID-19, tidak hanya disebabkan oleh kerusakan sel akibat virus, tetapi juga karena adanya inflamasi berat atau sitokin storm. Ada beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya COVID-19 yang berat, yaitu lanjut usia, diabetes, PPOK, hipertensi, obesitas. Patogenesis COVID-19 yang melibatkan reaksi imun dan inflamasi, maka ada dugaan bahwa pasien-pasien dengan penyakit autoimun lebih berisiko untuk mengalami COVID-19 yang berat.
Suatu penelitian bersifat kohort retrospektif, dilakukan oleh dr. Ungaro dan tim dari USA dan dipublikasi di ACR Open Rheumatology Februari 2021, mengevaluasi pengaruh adanya penyakit autoimun dan inflamasi kronik serta pengobatannya terhadap risiko terjadinya COVID-19 yang berat.
Dari 6700 pasien yang terkonfirmasi COVID-19, 2,3%-nya mengalami setidaknya satu penyakit autoimun dan inflamasi kronik, yang paling sering adalah rheumatoid arthritis inflammatory bowel disease dan systemic lupus erythematosus. Hasilnya, pasien dengan penyakit autoimun dan inflamasi kronik tidak mengalami peningkatan risiko terkena COVID-19 yang berat.
Penggunaan agen imunosupresif biologi dan nonbiologi juga tidak berkaitan dengan kejadian COVID-19 yang berat. Penggunaan kortikosteroid sistemik berkaitan secara bermakna dengan peningkatan risiko COVID-19 yang berat.
Kesimpulannya, pasien dengan penyakit autoimun dan inflamasi kronik tidak mengalami peningkatan risiko terkena COVID-19 yang berat. Selain itu, perlu dipertimbangkan ulang pilihan pengobatan imunosupresif atau kortikosteroid untuk pasien.
Gambar : Ilustrasi
Referensi:
1. Ungaro RC, Agrawal M, Park S, Hirten R, Colombel J-F, Twyman K, et al. Autoimmune and Chronic
2. ACR Open Rheumatology. Inflammatory disease patients with COVID-19 [Internet]. [cited 2021 Feb 10];n/a(n/a). Available from: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/acr2.11221