Tidak seperti mamalia lainnya, manusia tidak memiliki terlalu banyak enzim urikase yang dapat memecah asam urat menjadi allantoin. Peningkatan kadar asam urat (hiperurisemua) menunjukkan efek yang kurang baik pada fungsi ginjal. Allopurinol merupakan obat yang dapat ditoleransi baik oleh pasien dengan hiperurisemia, baik yang memiliki hipersensitifitas maupun pasien dengan gangguan ginjal kronis. Efikasinya sebagai obat penurun asam urat dapat melawan risiko-risiko tersebut.
Allopurinol merupakan pilihan utama dalam penanganan hiperurisemia yang dapat memperbaiki fungsi ginjal pada penelitian yang dilakkan pada 100 laki-laki dengan hiperurisemia (serum urat level >7 mg/dL) yang dibagi menjadi 2 kelompok, 1 kelompok menggunakan allopurinol sebanyak 50 orang dan 50 orang lagi diberikan plasebo dan dilakukan diikuti rata-rata selama 3,4 tahun. Pasien dengan terapi allopurinol rata-rata 221 mg/ dosis mencapai eGFR lebih tinggi sebesar 11,9 mL/menit/1,73m2 dibandingkan kontrol. Kelompok Allopurinol juga menunjukkan penurunan kreatinin 0,10 mg/dL.
Penanganan hiperurisemia dengan allopurinol selama rata-rata 3,4 tahun menghasilkan perbaikan untuk fungsi ginjal, dan allopurinol menunjukkan potensi sebagai renal protektor pada pasien hiperurisemia.
Image: Ilustrasi
Referensi:
1. Krishnamurthy A, Lazaro D, Stefanov DG, Blumenthal D, Gerber D, Patel S. The effect of allopurinol on renal function. Journal of Clinical Rheumatology. 2017;23 (1).
2. Ejaz AA, MuW, Kang DH, et al. Could uric acid have a role in acute renal failure? Clin J Am Soc Nephrol. 2007;2:16–21.
3. Dalbeth N, Stamp L. Allopurinol dosing in renal impairment: walking the tightrope between adequate urate lowering and adverse events. Semin Dial. 2007;5:391–395.