Detail Article
Obat Manakah Yang Lebih Baik Dalam Menjaga Fungsi Sel Beta Pankreas ?
Johan Indra Lukito
Nov 20
Share this article
img-Tablet1.jpg
Updated 23/Agt/2022 .

Pasien yang didiagnosis diabetes, umumnya mengalami kerusakan sel beta pankreas mencapai 50%. Dalam menjaga fungsi sel beta pankreas yang masih tersisa, seringkali para klinisi lebih berhati-hati dalam memilih rejimen terapi. Terdapat sejumlah obat yang dikatakan dapat melindungi fungsi sel beta pankreas, sebagai contoh pioglitazone, saxagliptin, metformin, sampai dengan insulin.

Pemberian terapi insulin secara intensif dalam jangka pendek bagi pasien dengan diabetes melitus/DM tipe 2 awal dapat memperbaiki disfungsi sel beta pankreas dan dapat menginduksi remisi/kesembuhan penyakit diabetes yang dialaminya. Namun remisi yang terjadi memang bersifat sementara, karena fungsi sel beta akan kembali mengalami penurunan setelah dilakukan penghentian terhadap terapi intensif insulin.


Oleh Ratnakaran dan kolega, menduga bahwa untuk menjaga fungsi sel beta yang diinduksi remisinya oleh terapi intensif insulin, maka perlu dilakukan suatu terapi pemeliharaan. Dilakukanlah studi untuk mengevaluasi dampak terhadap fungsi sel beta pankreas setelah 2 tahun terhadap 2 pendekatan terapi: terapi insulin terapi jangka pendek secara intermiten setiap 3 bulan versus pemberian metformin setiap hari.


Sebanyak 24 pasien DM tipe 2 dewasa dengan durasi diabetes 2,0 + 1,7 tahun dan HbA1c 6,4 + 0,1% dilakukan randomisasi untuk kemudian dilakukan induksi terapi intensif insulin (glargine, lispro) selama 3 minggu kemudian diikuti dengan: Pengulangan terapi insulin intensif sampai selama 2 minggu dan dilakukan setiap 3 bulan sekali, atau terapi metformin per hari.


Pasien yang mengikuti penelitian menjalani pemeriksaan serial fungsi sel beta pankreas dengan menggunakan Insulin Secretion-Sensitivity Index-2 (ISSI-2) pada tes toleransi glukosa oral setiap 3 bulan sekali. Luaran utama penelitian dari baseline-adjusted Insulin Secretion-Sensitivity Index-2 (ISSI-2) pada tahun kedua lebih tinggi pada kelompok yang diberikan metformin dibandingkan terapi intensif insulin intermiten. HbA1c basal yang telah disesuaikan (keluaran sekunder) lebih rendah pada kelompok metformin (6,0±0,2% vs 7,3±0,2%, p=0,0006). Pada akhir studi, 66,7% pasien yang diberikan metformin memiliki HbA1c < 6% dibandingkan hanya 8,3% dari mereka yang diberikan terapi intensif insulin intermiten. Dampak pada sensitivitas insulin adalah sama pada kedua kelompok.


Setelah dilakukannya induksi terapi insulin intensif, ditemukan bahwa metformin bersifat superior terhadap terapi intensif insulin intermiten, dalam rangka menjaga fungsi sel beta pankreas yang masih tersisa dan kontrol glikemik sampai di atas 2 tahun. 

 


Image: Ilustrasi (sumber: https://www.freepik.com/)

Referensi: Retnakaran R, Choi H, Ye C, Kramer CK, Zinman B. A 2-year trial of intermittent insulin therapy versus metformin for the preservation of beta-cell function after initial short-term intensive insulin induction in early type 2 diabetes. Diabetes, Obesity and Metabolism. 2018. DOI: 10.1111/dom.13236.

Share this article
Related Articles