Detail Article
Manfaat Pemberian Terapi Kelasi Besi pada Pasien Mielodisplastik tergantung transfusi
Hastarita Lawrenti
Okt 31
Share this article
img-RedBloodCells1.jpg
Updated 23/Agt/2022 .

Sindrom mielodisplastik (MDS) adalah sekelompok penyakit sel punca hematopoietik klonal yang ditandai dengan hemositopenia, perkembangan abnormal satu atau lebih lini mieloid, hematopoiesis inefektif, dan risiko tinggi mengalami leukemia.

Kejadian MDS pada pasien usia 60 tahun ke atas meningkat menjadi 20-50/100.000. International Prognostic Scoring System/ IPSS pasien (risiko rendah, intermediate 1 dan 2, dan risiko tinggi) dihitung berdasarkan jumlah sel primitif dalam sumsum tulang, derajat penurunan sel darah perifer dan kariotipe.


Sejauh ini, kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang merupakan terapi utama untuk pasien risiko intermediate 2 dan risiko tinggi, sedangkan transfusi merupakan terapi utama untuk pasien risiko rendah dan intermediate 1. Dalam perjalanan MDS, sekitar 60-80% dari pasien menunjukkan gejala anemia dan bahwa 80-90% membutuhkan infus eritrosit sebagai terapi suportif; ketergantungan terhadap transfusi juga sangat sering dijumpai.


Anemia sering dijumpai di antara pasien MDS, sebagian besar pasien memerlukan transfusi dan mengalami kerusakan organ disebabkan simpanan besi berlebih dalam jaringan. Guideline NCCN merekomendasikan bahwa populasi yang mendapat transfusi sel darah merah 20-30 unit, yang sedang menjalani transfusi sel darah merah, dan pasien risiko rendah atau intermediate 1 atau kadar ferritin > 2500 ng/mL harus mendapat terapi kelasi besi. Studi retrospektif menemukan bahwa pasien tergantung transfusi atau ferritin serum > 1000 ng/mL lebih menunjukkan pola disfungsi hati atau jantung dan prognosis yang lebih buruk.


Meta-analisis dilakukan untuk mengetahui efikasi dan keamanan kelasi besi pada pasien MDS tergantung transfusi. Hasil dari meta-analisis ini (n= 13 studi, 12.990 pasien) adalah: Terapi kelasi besi meningkatkan overall survival pasien MDS tergantung transfusi secara bermakna. Analisis subgrup menunjukkan bahwa leukemia free survival lebih panjang pada pasien MDS yang mendapat kelasi besi dibandingkan pasien MDS yang tidak mendapat kelasi besi dan pada pasien MDS risiko rendah. Analisis subgrup deferasirox menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan pasien yang tidak diterapi kelasi besi, kelompok yang mendapat monoterapi deferasirox memiliki overall survival yang lebih panjang. Dalam hal toleransi, kejadian efek samping jantung diturunkan secara bermakna dengan terapi kelasi besi.


Peneliti menyebutkan beberapa limitasi dari meta-analisis ini yaitu jumlah studi yang dimasukkan relatif kecil dan sebagian besar studinya adalah studi retrospektif. Selain itu, kriteria transfusi di antara kelompok bervariasi karena terbatasnya data original. Oleh karena itu, pengaruh terapi kelasi besi terhadap survival dan prognosis masih perlu diverifikasi dalam studi prospektif, multicenter, tersamar ganda, secara acak, sampel lebih besar.


Kesimpulan dari meta-analisis ini adalah terapi kelasi besi menghasilkan manfaat survival pada pasien MDS tergantung transfusi, terutama dalam hal memperpanjang overall survival dan leukemia free survival, dengan toleransi terhadap jantung relatif baik.

 

Silakan baca juga, Kalsirox: tablet dispersible mengandung Deferasirox 

Image : Ilustrasi (sumber: http://www.interactive-biology.com)

Referensi:

1. Zhang JL, Shi PC, Liu J, Li JG, Cao YP. Efficacy and safety of iron chelator for transfusion-dependent patients with myelodysplastic syndrome: A meta-analysis. Hematology 2019;24:669-78.

2. Angelucci E, Urru SAM, Pilo F, Piperno A. Myelodysplastic syndromes and iron chelation therapy. Mediterr J Hematol Infect Dis. 2017;9(1):2017021.

Share this article
Related Articles