Detail Article
Pemeriksaan Genetik Pasien DCIS, Perlukah?
Hastarita Lawrenti
Agt 07
Share this article
img-Gen1.jpg
Updated 10/Agt/2022 .

Sebagian besar kasus kanker payudara duktal invasif berasal dari karsinoma duktal in situ (ductal carcinoma in situ/DCIS). Sejak adanya skrining mamografi, telah terdapat peningkatan laporan kejadian DCIS tanpa komponen invasif, dengan sekitar 20% dari tumor yang terdeteksi dengan skrining adalah DCIS murni. 

 Sebagian besar faktor risiko non-genetik kanker payudara memiliki kaitan serupa dengan DCIS dan kanker payudara duktal invasif, hal ini mendukug pernyataan bahwa DCIS merupakan awal terjadinya kanker invasif. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat predisposisi DCIS yang diturunkan di mana wanita dengan DCIS 2,4 kali lebih mungkin memiliki ibu dan saudara perempuan dengan kanker payudara dibandingkan kontrol. Studi yang melibatkan hampir 40.000 wanita menunjukkan bahwa risiko relatif familial dari DCIS lebih tinggi dibandingkan kanker payudara invasif.

 

Silahkan baca juga:Terapi Lini Pertama Pasien NSCLC Stadium Lanjut Mutasi EGFR, Apa Pilihannya?

 

Risiko familial yang dikaitkan dengan kanker payudara invasif dapat dijelaskan sebagian dengan varian risiko tinggi yang jarang dijumpai dan loci risiko rendah. Namun, frekuensi varian risiko tinggi dan sedang patogenik masih belum diketahui secara pasti. Studi pada 369 wanita dengan DCIS murni menemukan bahwa 2,4% dan 0,8% dari pasien memiliki varian patogenik BRCA2 dan BRCA1. Studi lainnya menemukan bahwa sejumlah 5,2% dari wanita dengan karsinoma in situ memiliki mutasi BRCA1/2 dan BRCA2 lebih sering dibandingkan BRCA1

Pada studi berikut ini, peneliti melaporkan frekuensi varian germline BRCA2, BRCA1, CHEK2, PALB2, dan TP53 pada wanita DCIS berusia kurang dari 50 tahun. Setelah dilakukan ekstraksi DNA dari darah perifer, teknologi Access Array digunakan untuk amplifikasi semua exon dari gen predisposisi kanker payudara pada 655 kasus DCIS murni pada wanita usia di bawah 50 tahun bersama dengan 1611 kontrol.

 

Silahkan baca juga:Terapi Adjuvan Trastuzumab, 6 Ataukah 12 Bulan?

 

Hasil dari studi analisis case control ini menunjukkan adanya varian patogenik yang berlebih dari BRCA2 (OR 27,96; 95% CI 6,56-119,26; p= 2,0 x 10-10) dan CHEK2 (OR 8,04; 95% CI 2,93-22,05; p= 9,0 x 10-6), dengan kaitan yang lebih lemah pada PALB2 (p= 0,003), BRCA1 (p= 0,007), dan TP53 (p= 0,02). Pada DCIS reseptor estrogen positif, frekuensi varian patogenik adalah 9% pada usia di bawah 50 tahun (14% dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga) dan 29% pada usia di bawah 40 tahun (42% dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga). Pada DCIS reseptor estrogen negatif, frekuensi varian patogenik adalah 9% pada usia di bawah 50 tahun (16% dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga) dan 8% pada usia di bawah 40 tahun (11% dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga).


Kesimpulan dari studi ini adalah DCIS dapat dijumpai pada pasien dengan varian patogenik BRCA2, CHEK2, PALB2, BRCA1, dan TP53. Pemeriksaan genetik sebaiknya dilakukan pada pasien DCIS reseptor estrogen positif, usia di bawah 40 tahun.

 

Silahkan baca juga:Paxus, kemoterapi untuk ca mammae

Image: Ilustrasi (sumber: https://mamisicopilul.ro/sindromul-klinefelter/)

Referensi:

1. Petridis C, Arora I, Shah V, Megalios A, Moss C, Mera A, et al. Frequency of pathogenic germline variants in BRCA1, BRCA2, PALB2, CHEK2 and TP53 in ductal carcinoma in situ diagnosed in women under the age of 50 years. Breast Cancer Res. 2019;21:58.

2. Smith KL, Adank M, Kauff N, Lafaro K, Boyd J, Lee JB, et al. BRCA mutations in women with ductal carcinoma in situ. Clin Cancer Res. 2007 doi: 10.1158/1078-0432.CCR-07-0146.

Share this article
Related Articles