Detail Article
Penggunaan Dermal Filler, Apa Yang Harus Diperhatikan?
dr. Angeline Fanardy
Agt 05
Share this article
img-Womeninjek1.jpg
Updated 10/Agt/2022 .

Dermal filler memainkan peranan yang penting dalam ilmu aestetik dalam hal penanganan penuaan kulit. Penggunaan dermal filler semakin meningkat karena prosedurnya yang cepat dan mudah. Pada era evidence based ini, klinisi harus waspada terhadap berbagai jenis dan karakteristik filler. Dalam pemberian administrasi filler diperlukan asepsis yang baik di daerah yang akan diterapi. Asepsis dapat dilakukan menggunakan alcohol-povidone iodine-alkohol. Disiapkan pula kapas dan jarum steril.

Anestesi


Seluruh intervensi medis seharusnya dilakukan tanpa rasa nyeri, sehingga dibutuhkan anestesi yang sesuai untuk mendukung prosedur filler. Untuk anestesi pada daerah nasolabial biasanya dilakukan blok infraorbital. Injeksi lignocaine dilakukan pada daerah infraorbital untuk menghasilkan koreksi yang optimal. Lignocaine yang digunakan adalah 1ml lignocaine 2% menggunakan syringe insulin.


Selain anestesi injeksi, terkadang dapat dilakukan anestesi topical menggunakan krim. Namun, harus diperhatikan krim anestesi seperti EMLA dapat dilakukan untuk memperbaiki hidrasi kulit dan menyamarkan kerutan halus sehingga bisa menyebabkan koreksi yang kurang maksimal. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan kompres es. Jangan lupa untuk melakukan uji hipersensitivitas lignocaine pada semua pasien. 

 

Silahkan baca juga: Suntik botulinum toksin, apa yang harus diperhatikan?

 

Teknik penyuntikan


Filler harus diinjeksikan di tempat yang tepat dengan kedalaman yang tepat pula. Filler yang lebih padat, jika disuntikkan secara superfisial dapat menimbulkan benjolan dan pucat. Jika timbul benjolan, sebaiknya perbaikan dilakukan setelah bengkak berkurang.


Sebelum mengoreksi defek, penting diperhatikan untuk melihat asimetis dan menilai secara obyektif kebutuhan filler untuk memperbaikinya. Overkoreksi dapat diperbaiki menggunakan injeksi hyaluronidase untuk filler dengan bahan dasar asam hialuronat atau dengan mengaspirasi atau insisi dan ekstraksi filler yang berlebihan atau diperbaiki menggunakan laser. 


Penting pula untuk mendokumentasikan nama filler dan kuantitas yang digunakan pada masing-masing daerah pada sketsa yang menggambarkan tubuh. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan relevansi namun juga penting untuk menilai kebutuhan tindakan lain seperti laser, radiofrekuensi, dll. 


Post-prosedur 


Pasien disarankan untuk tidak memijat area injeksi hingga 2 minggu pasca-injeksi dan menghindari terpajan temperatur yang terlalu tinggi atau rendah seperti sauna atau ski. Beritahu pasien jika terjadi lebam, hal ini akan terjadi sementara. Follow up untuk terapi selanjutnya dilakukan setelah 2 minggu


Penyimpanan filler sisa untuk digunakan pada pasien yang sama masih menjadi perdebatan. Asam hialuronat dalam syringe dapat disimpan 2-9 bulan pada temperatur ruang setelah injeksi. Atau syringe dengan filler dapat disimpan di kulkas (jangan dibekukan) hingga 4 minggu. Jarum dilepaskan dan rubber cap penutup syringe dipasang kembali. Penting pula untuk mencatat nama dan tanggal prosedur dilakukan. 


Kombinasi terapi


Filler dan laser 

Kromofor untuk laser yang digunakan untuk rejuvenasi kulit adalah air sehingga terdapat risiko terjadinya dissolusi pada filler asam hialuronat jika laser dilakukan pada area terapi. Pada pasien dengan photoaging prominent, laser dapat dilakukan lebih dulu baru dilanjutkan dengan filler setelah proses remodelling kolagen selesai sempurna. 


Filler dan peeling kimia

Peeling kimia dapat menyebabkan inflamasi dan inflamasi ini secara teori dapat menjadi riisko degradasi filler. De Maio dan Rzany menyebutkan bahwa inflamasi superfisial tidak signifikan, peeling superficial dapat dilakukan segera setelah penyuntikan filler. Peeling yang digunakan adalah peeling dengan kedalaman medium seperti tricholoroacetic acid hingga eritema pasca-peeling menghilang dan remodelling kolagen komplit. 

 

Silahkan baca juga: Apa peran filler asam hialuronat pada perbaikan volume dan konturing wajah?

 

Filler dan toksin botulinum 

Kombinasi filler dengan toksin botulinum merupakan paradigm baru rejuvenasi. Otot yang hiperaktif atau hipertonik memainkan peranan penting dalam menghasilkan kerutan, sehingga sebaiknya otot direlaksasikan terlebih dahulu dengan toksin botulinum, lalu dilanjutkan dengan filler setelah 2 minggu. Untuk kerutan di nasolabial, filler diinjeksikan terlebih dahulu dan baru diinjeksikan dengan toksinbotulinum.


Filler dan radiofrekuensi

Radiofrekuensi (RF) merupakan modalitas untuk rejuvenasi non-ablasi. Efikasi filler (hialuronat dan non-hialuronat) tidak berubah karena RF pada area filler. 


Jadi pada penggunaan dermal filler untuk estetik harus memperhatikan beberapa hal terkait sebelum injeksi dan kombinasi dengan tindakan yang lain. 

 

Silahkan baca juga: Facille, Lift Your Confidence


Image: Ilustrasi (sumber: www.freepik.com)

Referensi: 

1. Vedamurthy M, Vedamurthy A, Nischal KC. Dermal filler: Do’s and don’ts. Journal of Cutaneous and Aesthetic Surgery. 2010;3(1):11-5.

2. Rohrich RJ, Pessa JE. The retaining system of the face: Histologic evaluation of the septal boundaries of the subcutaneous fat compartments. Plast Reconstr Surg 2008;121:1804-9.

3. Vedamurthy M. Standard guidelines for the use of dermal fillers. Indian J Dermatol Venerol Leprol 2008;74:S23-7.

Share this article
Related Articles