Detail Article
Erdosteine Menurunkan Peradangan dan Eksaserbasi Berulang Pasien PPOK
Esther Kristiningrum
Des 11
Share this article
img-Kapsul1.jpg
Updated 22/Mei/2020 .

Eksaserbasi merupakan penyebab bermakna dari morbiditas pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). PPOK ditandai dengan episode eksaserbasi dengan variasi musiman, yang didefiniskan sebagai kejadian selama proses alami penyakit dengan gambaran perburukan gejala yang sering memerlukan perubahan terapi reguler pasien.

 

Eksaserbasi merupakan penyebab bermakna dari morbiditas pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). PPOK ditandai dengan episode eksaserbasi dengan variasi musiman, yang didefiniskan sebagai kejadian selama proses alami penyakit dengan gambaran perburukan gejala yang sering memerlukan perubahan terapi reguler pasien.

Mukolitik sebagai terapi tambahan untuk PPOK stabil dan eksaserbasi, telah digunakan untuk memperbaiki outcome penyakit pada pasien dengan eksaserbasi akut dari penyakit paru obstruksi kronik. Erdosteine telah disetujui untuk terapi penyakit paru akut dan kronik selama lebih dari 10 tahun dan telah menunjukkan efektif dalam terapi bronkitis dan PPOK stabil dan eksaserbasi.

Studi eksperimental telah menunjukkan aktivitas mukolitik dan penghambatan perlengketan bakteri pada mukosa jalan napas, aktivitas antioksidan, dan aktivitas antioksidan/antiinflamasi erdosteine pada PPOK stabil. Studi in vitro juga telah menunjukkan bahwa preterapi dengan erdosteine mempunyai efek antiinflamasi dengan menghambat aktivasi NF-B yang diinduksi dengan lipopolisakarida, dan juga menghambay produksi IL-6 dan IL-1β.

Suatu studi juga telah dilakukan untuk meneliti efek erdosteine pada inflamasi sistemik, gejala, kekambuhan eksaserbasi, dan waktu hingga eksaserbasi pertama setelah keluar dari rumah sakit pada pasien dengan PPOK eksaserbasi akut. Subyek mendapatkan erdosteine 900 mg setiap hari atau plasebo selama 1

Selain mendapatkan erdosteine 900 mg perhari, pasien juga mendapat terapi standar dengan steroid, bronkodilator nebulisasi, dan antibiotik yang sesuai. Kadar CRP serum, fungsi paru, dan skala sesak-batuk-sputum dinilai saat masuk rumah sakit dan setelah 10 hari serta 30 hari pascaterapi. Kekambuhan PPOK eksaserbasi akut yang memerlukan antibiotik dan/atau steroid oral serta waktu hingga eksaserbasi pertama dalam 2 bulan (hari ke-30 dan 60) setelah keluar dari rumah sakit juga dinilai.

Hasilnya menunjukkan bahwa kadar CRP lebih rendah pada kedua kelompok setelah 10 dan 30 hari, dibandingkan saat masuk rumah sakit, dengan kadar CRP yang lebih rendah secara bermakna pada kelompok erdosteine dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah 10 hari. Perbaikan skor gejala dan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik lebih besar pada kelompok erdosteine dibanding kelompok kontrol, yang mencapai kemaknaan secara statistik setelah 10 hari. Erdosteine dikaitkan dengan risiko eksaserbasi 39% lebih rendah dan lebih lambat dalam waktu hingga eksaserbasi pertama (masing-masing log rank test p=0009 dan 0,075 setelah 30 hari dan 60 hari) dibanding kontrol.

Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa penambahan erdosteine 900 mg/hari terhadap terapi standar memperbaiki outcome pada pasien PPOK eksaserbasi akut. Erdosteine dapat sangat bermanfaat pada pasien dengan kekambuhan, pemanjangan, dan/atau eksaserbasi berat PPOK.


Image: Ilustrasi
Referensi:
1. Moretti M, Fagnani S. Erdosteine reduces inflammation and time to first exacerbation postdischarge in hospitalized patients with AECOPD. Dovepress 2015;2015;10(1):2319-25 DOI https://doi.org/10.2147/COPD.S87091
2. Park JS1, Park MY, Cho YJ, Lee JH, Yoo CG, Lee CT, Lee SM. Anti-inflammatory effect of erdosteine in lipopolysaccharide-stimulated RAW 264.7 Cells. Inflammation. 2016;39(4):1573-81. doi: 10.1007/s10753-016-0393-4.

Share this article
Related Articles