Sekitar 40% gejala tidak bisa menghidu (anosmia) pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi virus. Dari sekitar 200 jenis virus yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, coronavirus diperkirakan menyebabkan 10-15% kasus infeksi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika coronavirus penyebab COVID-19 menjadi salah satu penyebab gejala anosmia pada pasien yang terinfeksi.
Data dari Korea Selatan, Cina, dan Italia menunjukkan bahwa sejumlah besar pasien COVID-19 memiliki gejala anosmia/ hiposmia (menurunnya fungsi penghidu). Data dari Jerman menunjukkan bahwa lebih dari 2 dari 3 kasus COVID-19 memiliki gejala anosmia.
Selain itu, Iran, AS, Prancis, dan Italia Utara melaporkan peningkatan signifikan dalam jumlah pasien COVID-19 bergejala anosmia tanpa disertai gejala lainnya. Dengan demikian, gejala anosmia berpotensi digunakan dalam skrining untuk mendeteksi pasien COVID-19 tanpa gejala.
Apabila orang dewasa bergejala anosmia namun tanpa disertai gejala lainnya melakukan isolasi diri sendiri selama setidaknya tujuh hari, ditambah dengan penerapan kriteria karantina mandiri lainnya, diharapkan dapat mengurangi penyebaran penyakit ini. Di sisi lain, hal ini juga menjadi pemicu pentingnya petugas kesehatan untuk menggunakan alat pelindung diri yang layak.
KESIMPULAN
Gejala anosmia berpotensi digunakan dalam skrining untuk mendeteksi pasien COVID-19 tanpa gejala. Apabila orang dewasa bergejala anosmia namun tanpa disertai gejala lainnya melakukan isolasi diri sendiri selama setidaknya tujuh hari, diharapkan dapat mengurangi penyebaran penyakit ini. Di sisi lain, hal ini juga menjadi pemicu pentingnya petugas kesehatan untuk menggunakan alat pelindung diri yang layak.
Image : Photo by Pixabay from Pexels
Referensi:
Hopkins C, Kumar N. Loss of sense of smell as marker of COVID-19 infection [Internet]. 2020 [Cited 2020 March 26]. Available from: https://www.entuk.org/sites/default/files/files/Loss%20of%20sense%20of%20smell%20as%20marker%20of%20COVID.pdf