Detail Article
Calcitriol, Bentuk Aktif Vitamin D, dapat Memperbaiki Outcome Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Esther Kristiningrum
Des 25
Share this article
img-obat1.jpg
Updated 25/Agt/2022 .

Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK) sering mengalami gangguan fungsi sistemik multipel dan inflamasi kronik yang menyebabkan berbagai komorbiditas. Proteinuria (kondisi di mana adanya protein dalam urin) merupakan suatu petanda yang sangat penting untuk memperkirakan fungsi ginjal, yang dapat membantu deteksi dini progresivitas penyakit ginjal kronik, dan sebagai petanda penyakit kardiovaskuler serta prediktor kematian.

Penurunan derajat proteinuria telah menunjukkan dapat memperbaiki outcome pada kardiovaskuler dan ginjal. Metode standar saat ini untuk menurunkan proteinuria dan memperbaiki outcome adalah menurunkan tekanan darah dengan penghambat sistem renin-angiotensin-aldosterone (RAAS), yaitu penghambat reseptor angiotensin (ARB) dan penghambat angiotensin-converting enzyme (ACEI).

 

Vitamin D menunjukkan efek pleitrotrofik, termasuk regulasi kardiovaskuler dan fungsi ginjal, serta modulasi respons imun. Seperti telah diketahui, ginjal merupakan organ yang penting untuk metabolisme vitamin D, yang melibatkan sintesis 1,25-(OH)2 D. Vitamin D juga bekerja sebagai regulator endokrin negatif dari tekanan darah dan sistem reninangiotensin. Namun, dibandingkan dengan populasi sehat, pasien penyakit ginjal kronik sering mempunyai kadar 1,25-dihydroxy vitamin D [(1,25-(OH)2D] dan 25-hydroxy vitamin D [25-(OH)D] serum yang lebih rendah.

 

Panduan dari The 2003 Kidney Disease Quality Initiative merekomendasikan suplementasi vitamin D pada pasien dengan kadar 25-(OH)D <30 ng/mL. Status 25-(OH)D plasma telah terbukti menjadi prediktor yang independen dari progresivitas penyakit ginjal kronik dan mortalitas. Suatu studi telah dilakukan untuk meneliti efek vitamin D aktif dosis rendah (calcitriol 0,25 mcg, 3 kali seminggu) pada ekskresi protein urin (proteniuria) pada pasien penyakit ginjal kronik. Studi ini dilakukan selama 24 minggu dengan label terbuka dan dengan kontrol non-plasebo pada 60 pasien PGK (laju filtrasi glomerulus terestimasi rata-rata >15 mL/menit) yang mendapat ARB atau ACEI dengan dosis stabil. Pasien secara acak dibagi menjadi kelompok vitamin D yang mendapat calcitriol oral 0,25 mcg 3 kali seminggu dengan ACEI atau ARB dan kelompok kontrol yang hanya mendapat ACEI saja atau ARB saja. Parameter utama studi ini adalah perubahan rasio protein/kreatinin urin (uPCR).

 

Hasilnya menunjukkan bahwa uPCR basal rata-rata sebanding antara kedua kelompok. Setelah 24 minggu terapi, uPCR secara bermakna lebih rendah dibanding nilai basal pada kelompok vitamin D tetapi tidak pada kelompok kontrol. Nilai uPCR menurun secara bermakna setelah 8, 16, dan 24 minggu (p<0,05 vs basal) pada kelompok vitamin D. Korelasi positif ditemukan antara penurunan uPCR setelah 24 minggu dan kadar 25-(OH)D basal pada kelompok vitamin D (r=0,738, p<0,001).

 

Dari hasil studi ini disimpulkan bahwa pemberian vitamin D aktif (calcitriol) dosis rendah dapat menurunkan proteinuria pada pasien penyakit ginjal kronik dengan kadar 25-(OH)D serum yang rendah.

 

Image : Ilustrasi

Referensi:

1.Wu CC, Liao MT, Hsiao PJ, Lu CL, Hsu YJ, Lu KC, et al. Antiproteinuria effect of calcitriol in patients with chronic kidney disease and vitamin D deficiency: A randomized controlled study. J Ren Nutr. 2019. pii: S1051-2276(19)30322-X. doi: 10.1053/j.jrn.2019.09.001.

2.Filipov JJ, Zlatkov BK, Dimitrov EP. Vitamin D and renal disease [Internet]. 2017 [cited 2019 Dec 16]. Available from: https://www.intechopen.com/books/a-critical-evaluation-of-vitamin-d-clinical-overview/vitamin-d-and-renal-disease

Share this article
Related Articles